TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono menutup acara Musyawaran Nasional ke 8 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Rabu (28/7). Dalam sambutannya, Wapres Boediono mengingatkan kalau ulama punya peran penting dalam memberikan nasehat dan mengingatkan para penguasa atau pemimpin bangsa agar tetap menjadi arif sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
"Peran ulama sangat penting untuk menasehati penguasa agar tetap menjalankan tugasnya dan tetap berperilaku arif dan bijaksana," kata Boediono.
Hadir dalam acara itu, Menteri Agama Suryadharma Ali, serta Ketua Umum MUI yang baru, Kiai Sahal Mahfud. Jajaran pengurus MUI Pusat dan Daerah.
Menurut Wapres, sejak zaman Rasulullah, ulama telah memegang peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjalankan tugas untuk bersama-sama mensejahterakan kehidupan umat bernegara.
Ulama, kata Boediono, sesuai ajaran Islam juga memegang peranan vital dan penting yakni menasehati para penguasa dalam menjalankan tugasnya.
"Dalam konteks penguasa di sini adalah siapapun yang memegang keputusan publik, apakah itu eksekutiof, legeslatif dan yudikatif," kata Wapres.
Wapres mengatakan pula ulama juga memiliki peran penting dalam menciptakan demokrasi untuk menerima berbagai masukan dari masyarakat, juga memberikan pencerahan kepada umat dan penguasa untuk selalu bertindak untuk kepentingan masyarakat.
"Hubungan ulama, penguasa dan masyarakat adalah hubungan efektif untuk menciptakan suatu kearifan sehingga kehidupan bernegara menjadi baik," kata Boediono.
Ditambahkan Wapres, membangun akhlak bangsa adalah kepentingan bersama untuk menciptakan karakter yang tujuannya demi kebaikan bangsa dan negara.
WDA | BUNGA | ANT