Pengkajian antara lain meliputi lokasi tempat, jarak antar tempat parkir, dan lama parkir kendaraan. Menurut ketua tim Ofyar Zainuddin Tamin, sistem canggih itu telah diterapkan di Jepang.
Di Indonesia, sistem serupa dipakai untuk mengatur parkir truk kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. "Proses parkirnya waktu keluar atau masuk mobil sekitar 2 sampai 3 menit," katanya, Kamis (29/7).
Sistem tersebut nantinya harus ditunjang dengan gedung parkir khusus yang mampu menaik turunkan mobil. Nantinya ketika masuk tempat itu, katanya, kendaraan akan diarahkan menuju port tertentu seperti garasi.
Setelah itu, sistem akan menempatkan mobil di lantai dan kolom parkir tertentu di dalam gedung. "Sistem robot itu bekerja seperti lift," kata Ofyar.
Keunggulan lainnya, sistem robot itu tak memerlukan tempat yang luas. Gedung parkir setinggi empat lantai atau lebih bisa dibangun di lahan seluas 800 meter persegi. "Dengan tinggi empat atau lima lantai bisa menampung 500 mobil," ujarnya.
Saat ini tim masih mengkaji calon lokasi gedung parkir bersistem robot di sejumlah jalan. Menurut Ofyar, tim merekomendasikan lahan yang dipakai adalah tanah negara. Jika susah atau tidak memungkinkan, kerjasama pembangunan bisa dijalin dengan pihak swasta.
"Lokasinya di jalan-jalan yang sempit untuk parkir, misalnya sekiatr alun-alun dan universitas," kata pakar transportasi dari ITB itu.
Cara baru itu, ujar Ofyar, untuk mengurangi kemacetan dan banyaknya badan jalan di Kota Bandung yang dipakai sebagai tempat parkir kendaraan.
Sistem robot itu dinilainya lebih murah dibanding pemerintah harus melebarkan atau menambah panjang ruas jalan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Prijo Soebiandono mengatakan, sistem robot parkir itu ditawarkan investor asal Perancis. Pemerintah masih mempertimbangkannya untuk mengatasi kemacetan akibat parkir di sisi jalan.
"Tahun depan diharapkan sudah ada (gedung parkir) yang bisa terbangun," katanya. Dari data Dinas Perhubungan, jumlah mobil pribadi di Kota Bandung sebanyak 290 ribu unit.
ANWAR SISWADI