Manajer Operasional PT Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, Endin Juhendi menyatakan, hingga saat ini kabel koneksi tiket elektronik di Pelabuhan Merak masih terus diperbaiki. Sebenarnya sejak Kamis (29/7) lalu mesin e-ticketing sudah dapat dioperasikan, namun setelah diuji coba, teryata ada kabel yang tidak berfungsi.
Namun Endin tidak bisa menjelaskan secara detail kerusakan mengenai kerusakan tersebut. “Saya kurang paham karena saya tidak terlalu mengerti soal IT, yang pasti berdasarkan laporan bagian IT sudah dilakukan pengecekan dan perbaikan, " katanya.
Endin menegaskan, kerusakan tersebut tidak mengganggu calon penumpang kapal. "Saya jamin tak akan ada gangguan pelayanan bagi para calon penumpang. Apalagi soal pungli (pungutan liar). Perbaikan ini biasa kita lakukan kalau sewaktu-waktu mati listrik," kata Endin kepada Tempo, Kamis (29/7).
Sesuai pantauan pada Kamis di Pelabuhan Merak, sejak adanya perbaikan di Dermaga II kondisi setiap kantong parkir tampak dipenuhi antrean kendaraan. Saat ini pihak ADSP hanya mengoprasikan tiga dermaga: Dermaga I, Deramga III, dan dermaga IV. Adapun untuk Dermaga V terlihat adem ayem saja.
Haris, supir truk yang membawa berbagai barang kelontong dari Jawa Tengah menuju Lampung, mengatakan ia sudah tertahan di pelabuhan itu lebih dari dua jam di lahan parkir Dermaga IV. “Belakangan ini, Pelabuhan Merak sering macet. Apalagi sejak pembangunan fly over (jalan layang,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan menyatakan pemberlakuan sistem tiket elektronik atau e-ticketing untuk angkutan penyeberangan mulai diberlakukan lagi Agustus mendatang. Sistem yang dimaksudkan untuk menekan praktek percaloan ini sempat terhenti beberapa bulan akibat kerusakan perangkat lunak.
"E-ticketing pasti dapat mengurangi calo," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Wiratno ketika dihubungi Tempo. Selain menekan praktek percaloan, sistem tersebut diyakini bakal meningkatkan pelayanan angkutan seperti kepastian mendapat tiket dan ketepatan jadwal.
Sistem e-ticketing sempat diberlakukan di dua lintasan penyeberangan, Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk, mulai Juni dan Agustus tahun lalu. Namun, penerapannya sempat terhenti sejak Mei tahun ini. "Kendalanya murni masalah teknis. Ada perangkat lunak yang harus diperbaiki," ujar Wiratno. Pergantian direksi di perseroan juga sempat menghambat.
Ia mengaku tak tahu persis aksi praktek percaloan selama pemberlakuan sistem e-ticketing, juga selama sistem ini terhenti. Menurut Winarno, seharusnya Indonesia Ferry yang lebih tahu. Wiratno menyebutkan, pemerintah berharap e-ticketing dapat diberlakukan kembali sebelum arus mudik Lebaran. "Target kami Agustus," ujarnya.
Penerapan e-ticketing di pelabuhan penyeberangan merupakan bagian dari rencana transformasi bisnis PT Indonesia Ferry saat masih dipimpin pejabat lama Bambang Soerjanto. Pemberlakuan perankat canggih itu sekaligus untuk menjamin transparansi pendapatan perseroan dari pelabuhan.
E-ticketing sudah diterapkan di sejumlah pelabuhan, semacam Merak, Banten, dan Bakauheni Lampung; Ketapang, Jawa Timur, dan Gilimanuk, Bali; Padangbai, Bali, dan Lembar, Nusa Tenggara Barat. Perusahaan pelat merah itu menargetkan seluruh pelabuhan di sabuk selatan sudah menerapkan tiket elektronik. Biayanya diperkirakan Rp 1 miliar per pelabuhan.
WASI’UL ULUM | ADISTI DINI INDRESWARI