Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang Ari Widjana menjelaskan, 30 sumber air tersebut sebagian besar berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Alak dan Kecamatan Maulafa, tepatnya di Kelurahan Naioni, Alak, Naimata, Sikumana dan Oesapa. “Sumber air di dua kecematan itu yang paling banyak tercemar ecolli karena perilaku masyarakat yang membuang kotoran di sembarang tempat,” katanya, Sabtu (31/7).
Dia mengatakan, air yang tercemar bakteri ecolli tersebut berpotensi menimbulkan penyakit diare dan muntaber. Untuk menetralisir kondisi air, warga diminta agar mendapatkan larutan kaporit di Puskesmas terdekat. “Kaporit bisa digunakan warga untuk membasmi bakteri eccoli. Kaporit bisa didapatkan secara gratis," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kota Kupang Hendrikus Saba mengatakan, sejauh ini pihaknya baru melakukan penelitian terhadap dua sumber mata air, yakni Sumur Tedens, di Kelurahan Oeba, dan kali Oeba di Kelurahan Fatubesi. Dua sumber air tersebut juga sudah tercemar bakteri ecolli.
Hendrikus mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab tercemarnya sumber mata air itu. Namun, dia meminta warga yang setiap hari menjadikan dua sumber mata air itu untuk konsumsi rumah tangga, agar tidak lagi menggunakannya sehingga tidak menimbulkan dampak pada kesehatan.
Selain dua sumber mata air itu, Hendrikus belum berani memastikan sumber mata air lainnya yang ada di Kota Kupang juga telah tercemar bakteri ecolli. Bapedalda Kota Kupang masih melakukan penelitian terhadap sejumlah sumber mata air. YOHANES SEO.