TEMPO Interaktif, Bekasi--Listrik di sebagian wilayah Jakarta padam sejak pagi tadi karena Pembangkit Muara Karang, rusak dihantam crane milik konsorsium Mitsubishi dan PT Wijaya Karya. Alat berat milik perusahaan jasa konstruksi itu rubuh dan menimpa mesin pembangkit.
Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dahlan Iskan, mengatakan akibat kerusakan itu mengganggu distribusi listrik yang dihasilkan pembangkit Muara Karang sebesar 700 megawatt (MW). "Saya meminta ganti rugi habis-habisan kepada perusahaan tersebut," kata Dahlan, saat kunjungan kerja di tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, siang ini.
Mengenai nilai kerugian PLN, Dahlan belum memastikan. Dia meminta perusahaan yang menyebabkan kerusakan pembangkit, membuat estimasi rinci apa saja kerugian yang ditimbulkan, serta berapa nominal biayanya.
Begitu pula urusan perbaikan, merupakan tanggungjawab Mitsubishi dan PT Wijaya Karya. "Saya sudah konfirmasi, katanya pemulihan listrik bisa dilakukan tiga jam setelah kejadian," katanya. Selain meminta ganti rugi, Dahlan meminta perusahaan itu memasang iklan di media massa bahwa merekalah penyebab kerugian bukan oleh PLN.
Diluar kerusakan akibat ditimpa crane, Dahlan menyatakan infrastruktur pembangkit Muara Karang tidak memadai. Apabila pembangkit mengalami gangguan, maka listrik pelanggan yang biasa dipasok pembangkit Muara Karang tidak bisa dialihkan.
Pembangkit Muara Karang, kata Dahlan, tidak memiliki koneksi langsung dengan jaringan listrik distribusi wilayah Jawa. Solusinya, PLN akan membangun lub (semacam kabel interkoneksi) sepanjang enam kilometer di sebelah selatan Gambir.
Interkoneksi itu akan memudahkan PLN mengambil pasokan dari listrik Jawa. "Pembangunan membutuhkan waktu sembilan bulan, biaya digunakan memakai dana internal. Tidak ditenderkan supaya pembangunan bisa cepat," katanya.
HAMLUDDIN