TEMPO Interaktif, Bandung - Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai saat ini belum bisa dinikmati oleh para pelaku usaha di bidang industri kreatif Indonesia. Padahal di beberapa negara seperti Amerika industri kretif mendapat pasokan dari perbankan dengan hanya bermodalkan ide.
"Perlu ada lembaga bahkan kementrian yang mengurusi industri kreatif," ujar Elitua Sinarmata Peneliti Industri Kreatif Departemen Perdagangan saat diskusi Industri Kreatif di Bandung, Jawa Barat Rabu (4/8).
Ia menyatakan, pemerintah menargetkan pertumbuhan industri kreatif mencapai 6 sampai 10 persen. Dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto mencapai 7 sampai 8 persen. Secara statistik industri kreatif pada 2008 dilihat dari nilai ekspor mencapai Rp 114 miliar atau meningkat sekitar 20 persen pertumbuhan ekspornya."Ada 14 sektor industri kreatif, namun secara statistik pada 2008 lalu untuk produk pasar dan barang seni menurun," ujarnya.
Elitua menegaskan, pertumbuhan industri kreatif yang paling besar terjadi pada industri layanan komputer, peranti lunak, periklanan dan permainan interaktif seperti game. "Untuk eskpor produk industri kreatif masih didominasi oleh fesyen," ujarnya.
Ia menegaskan, kementrian perdagangan sendiri telah mengembangkan portal Indonesia kreatif.net sebagai informasi industri kreatif di Indonesia."Berbagai persoalan paten pun pemerintah saya kira sudah melakukan berbagai kemudahan, dan pemerintah telah mengeluarkan Inpres untuk koordinasi industri kreatif di indonesia."
Eli menegaskan, industri kreatif di Indonesia saat ini telah mencapai sekitar 3 juta perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 7,6 juta orang dengan tingkat pertumbuhan penyerapan mencapai 3,9 persen dan tingkat partisipasi nasional mencapai 7,5 persen."Tingginya ekspor industri kreatif menandakan kreatifitas bangsa indonesia semakin diperhitungkan," katanya.
ALWAN RIDHA RAMDANI