"Katanya sih penculik akan membunuh anak yang diculiknya lalu mengambil baga ian organ tubuhnya untuk diperjualbelikan," kata Dewi, seorang warga di Desa Menyeti, Kecamatan Dawuan, kepada Tempo, Jumat (6/8).
Agar anak laki-laki semata wayangnya yang baru duduk di kelas 3 tak jadi sasaran penculikan, ia tiap hari harus melakukan antar jemput meski jarak rumah dan sekolah anaknya kurang dari satu kilometer.
Dewi semakin khawatir setelah handphone miliknya "disinggahi" pesan pendek berantai yang berisi ihwal ancaman penculikan anak tersebut.
"Sudah gitu, guru di sekolah juga menyampaikan pengumuman yang sama. Jadinya makin was-was saja," tutur Dedi. Hal sama juga dirasakan Erna, warga Desa Dawuan Kidul. "Saya terpaksa harus jaga dua anak saya yang masih kelas 3 dan 5 SD," kata Erna.
Hasan Abdul Munir, Kepala Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, juga sudah hampir sepekan ini, terus menerima pertanyaan berisi keresahan orang tua anak-anak sekolah dasar. "Saya sempat bingung menjelaskannya," kata Hasan.
Sebab, meski sudah diberikan penjelasan bahwa pesan berantai tersebut berisi kebohongan, warga tetap saja banyak yang tak percaya.
Kepala Polres Subang, Ajun Komisaris Besar Dadang Hartanto mengaku sudah banyak menerima pengaduan soal isu menyesatkan itu. Ia mengaku telah menelisik penyampai pesan pertama yang dikabarkan berasal dari Desa Cidadap, Kecamatan Pagaden, dan Desa Tanjungsiang, Kecamatan Tanjung siang.
"Setelah dicek ke lokasi tak ada kejadian seperti apa yang telah disebarkan melalui SMS berantai itu," kata Dadang. Ia juga memastikan kelompok penculik organ tubuh anak-anak yang menggunakan kendaraan roda empat jenis Avanza warna silver, sebagai kabar bohong.
Dadang meminta masyarakat tidak panik akibat termakan isu menyesatkan itu. "Makanya, kalau dapat sms semacam itu tidak dikirim lagi ke yang lain," kata Dadang.
NANANG SUTISNA