Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni menjelaskan, penurunan produksi ikan dan rumput laut terjadi di Kabupaten Flores Timur, Timor Tengah Utara (TTU), Sabu Raijua, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). "Penurunannya cukup drastis,” katanya, Minggu (8/8).
Ferdi Tanoni memaparkan laporan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Flores Timur, Martinus Paron Belelen. Produksi ikan tangkap jenis pelagis di daerah itu, seperti ikan tuna, cakalang, tongkol, kembung, selar, julung-julung, ikan terbang, dan tembang pada tahun 2009 hanya mencapai 4.658.332,38 kilogram. Padahal tahun sebelumnya mencapai 11.745.499,08 kilogram.
Di perairan TTU, seperti dilaporkan Sekretaris Dinas Kautan dan Perikanan Alfonsus Ukat, hingga Juni 2010 hanya mencapai 147,31 ton, sedang pada 2009 mencapai 589,25 ton. Adapun tahun 2008 sebanyak mencapai 637,67 ton.
Di Kabupaten Sabu Raijua, kata pemerhati Laut Timor ini, para nelayan serta petani rumput laut juga terkena dampak pencemaran. Akibatnya, produksi rumput laut basah yang mencapai 4.600.000 kilogram pada tahun 2008 dan 3.960.000 kilogramm pada 2009, pada periode Januari sampai Juni 2010 baru mencapai 1.320.000 kilogram. Di wilayah pantai TTS, produksi ikan laut saat ini hanya 1.063 ton. Pada tahun 2008 mencapai 18.541 ton, dan tahun 2009 hanya 7.020 ton. pada 2009.
Ferdi Tanoni, aktivis LSM yang gencar mempermasalahkan pencemaran Laut Timor itu meyakini penurunan produksi potensi kelautan di sejumlah daerah di NTT akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh meledaknya ladang minyak Montara di Blok Atlas Barat Laut Timor. ”Terjadi perubahan jalur migrasi ikan secara besar-besaran di wilayah perairan NTT, karena habitatnya tercemar,” tuturnya. YOHANES SEO.