TEMPO Interaktif, Kediri-Himpunan Petani Tebu Rakyat (HPTR) Pabrik Gula Lestari Agung Amrulloh menolak rencana impor gula yang dilakukan pemerintah. Impor tersebut dikhawatirkan akan menjatuhkan harga gula lokal.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan HPTR, stok gula nasional terutama di Pulau Jawa masih mencukupi untuk dua bulan ke depan. Karena itu rencana impor gula yang akan dilakukan pemerintah dinilai terburu-buru dan mengancam petani tebu nasional. “Jangan impor dulu,” kata Sekretaris HPTR Pabrik Gula Lestari, Agung Amrulloh kepada Tempo, Rabu (11/8).
Kebijakan impor ini seharusnya dilakukan tiga bulan usai masa giling pabrik gula. Jika pemerintah ngotot melakukan impor gula pada saat musim giling dilakukan, dikhawatirkan akan merusak harga gula lokal di pasaran. Sesuai hukum pasar, para pedagang akan terpancing menurunkan harga gula begitu mengetahui pasokan yang ada cukup banyak.
Masa giling tahun ini dimulai pada bulan Juni hingga November 2010 mendatang. Sehingga proses impor baru bisa dilakukan paling cepat Januari 2011 mendatang. “Stok saat ini saja masih cukup sampai akhir Lebaran nanti kok,” kata Agung.
Saat ini saja para petani tebu nasional masih terjebak pada rendahnya rendemen yang ditetapkan pemerintah. Dengan tingginya kadar air akibat musim hujan yang berlebihan, rendemen yang biasanya sebesar Rp 7.500 per kilogram merosot menjadi Rp 6.500 per kilogram. Sementara harga delivery order (DO) saat ini sebesar Rp 8.600 per kilogram. Sementara harga di tingkat pengecer menjadi Rp 9.000 per kilogram.
Iklim yang tidak menentu, menurut Agung, menjadi penyebab utama jatuhnya rendemen tersebut. Selain meningkatkan ongkos produksi terutama jasa tebang dan angkut, iklim seperti ini juga mengurangi produksi gula nasional hingga 10 persen. “Untuk menyamai produksi tahun lalu sebesar 2,4 juta ton saja sulit,” katanya.
Juru bicara Pemerintah Kota Kediri Nurmuhyar menyerahkan sepenuhnya kebijakan pergulaan kepada pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya bisa membantu melakukan pengawasan harga di tingkat pedagang untuk mencegah terjadinya permainan harga. “Kami juga tidak ingin petani merugi,” katanya.
HARI TRI WASONO