TEMPO Interaktif, Makassar - Bangunan gagah terlihat di atas Bukit Antang di Jalan Nipa-nipa. Atapnya berbentuk prisma, dinding depan dipenuhi kaca bening, dan warna putih mendominasi. Material berbentuk silinder dengan lubang-lubang kubus di pojok kanan. Tak ada tanda khusus bangunan yang umum pada tempat ibadah umat muslim. Namun bangunan itu sebenarnya sebuah masjid.
Dari konsep langit-langitnya, pemiliknya memberi nama Masjid Jabal Hira. "Filosofi tujuh susun ornamen di balik kubah adalah tujuh lapis langit sampai ke arsy," kata Ihsan, desainer dan pemilik masjid itu. Material bangunan bersusun tujuh itu mengikuti kemiringan kubah. Ukuran luas material masing-masing 50 sentimeter persegi.
Semua itu dimunculkan untuk menggambarkan tujuh lapis langit menuju arsy. "Konsepnya ada sorotan lampu dari langit-langit ke dalam kubah, seolah cahaya dari langit turun ke masjid," kata anggota Ikatan Arsitek Indonesia itu.
Di ujung langit-langit kubah terdapat lampu sorot yang menerangi muazin mengumandangkan azan, seolah lampu itu merupakan cahaya langit. "Itu konsep awal masjid jika sudah rampung 100 persen," kata bapak berusia 40 tahun ini.
Bentuk prisma kubah masjid di kawasan Perumahan Bukit Teknologi Antang, Makassar, ini dipengaruhi oleh model pendopo. Namun sang desainer menambahkan sentuhan gaya arsitektur modern. Pemilihan warna dominan putih membuat tempat ibadah ini terkesan minimalis di puncak bukit tertinggi ketiga di Makassar itu.
Arsitektur dari Universitas Hasanuddin, Makassar, itu menjelaskan, bagian dalam masjid berukuran 80 x 100 meter ini tak memiliki tiang dan sekat pemisah antara jemaah laki-laki serta perempuan. Mihrab atau tempat imam memimpin salat berjemaah juga tak ada, sehingga ruangan dalam masjid itu tampak luas.
Dari sebelah timur, angin leluasa masuk ke ruangan karena Ihsan tak membuat dinding. Anggota jemaah bisa merasakan embusan angin yang masuk. Pengunjung masjid bisa menikmati keindahan alam Pegunungan Bawakarang dan sekitar wilayah Gowa serta Maros.
Di sisi lain, Ihsan menata dinding dengan variasi lubang berbentuk kubus. Pemandangan taman rumah Ihsan di sebelah masjid bisa terlihat.
Sambil menunggu rampungnya tempat salat di atas ketinggian 12 meter itu, tempat azan sementara berada di menara masjid di pojok sebelah barat. Menara masjid berbentuk silinder ditopang sebuah pilar. Uniknya, penempatan pilar langsung berhubungan dengan ruang utama ditambah desain dinding penuh lubang berbentuk kubus langsung tembus ke luar pemandangan alam Gowa. "Di sanalah orang azan," katanya.
Tak mudah membangun masjid di atas hamparan batu besar dengan tanah miring. Ihsan harus menimbun lahan seluas 30 meter persegi dengan material batu untuk mendapat bidang datar. "Tidak ada pengikisan batu," katanya. "Batu gunung timbunan saya ambil dari sekitar lahan."
Di bawah masjid terdapat rongga sebagai tempat reservoir air, penampung cadangan air sebagai antisipasi krisis air saat kemarau. Pengelola masjid ini, Irwan Qodar Solehat, 24 tahun, mengungkapkan, masjid itu mampu menampung 50-80 warga sekitar. Sehari-hari anggota jemaah memanfaatkan masjid ini sebagai taman pendidikan Al Quran bagi anak-anak Perumahan Antang. "Tiap hari di sini ramai anak-anak dan jemaah."
ABD Azis