Seperti diungkapkan pemilik penggilingan di daerah Sedong, Kabupaten Cirebon, Toto Suwarto. "Sekarang saya beli gabah sudah seharga Rp 4 ribu/kg," katanya. Gabah tersebut dibeli dari sejumlah daerah di wilayah timur Kabupaten Cirebon yang sudah panen.
Saat ini, lanjut Toto, petani sudah lebih pintar. "Untuk musim panen kali ini mereka lebih banyak memilih untuk menyimpan gabahnya, menunggu hingga harga gabah menjadi lebih tinggi," katanya. Kalau pun dijual,petani terlebih dahulu mengolah gabahnya, seperti dijemur. Sehingga harga gabah akan lebih tinggi.
Toto pun memprediksi, seiring dengan memasuki masa paceklik, harga gabah akan terus tinggi. "Bahkan bisa-bisa mencapai Rp 5 ribu/kg," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Effendi, saat dikonfirmasi mengakui adanya keengganan petani untuk menjual gabahnya saat ini. "Mereka memilih untuk menunggu hingga harga gabah menjadi lebih tinggi lagi," katanya. Setelah harga sudah tinggi lagi, barulah gabah dilepas. Itu pun tidak semuanya, tapi sedikit demi sedikit.
Saat ini sebenarnya areal pertanian di Kabupaten Cirebon yang panen sudah mencapai sekitar 50 persen dari 42 ribu hektar. Kebanyakan areal pertanian yang panen berada di wilayah timur Kabupaten Cirebon seperti di Kecamatan Astanajapura, Sedong dan Pabedilan.
Sekalipun sudah panen, diakui Ali belum mampu menurunkan harga beras di pasaran. "Kemungkinan tidak akan turun hingga akhir tahun ini," katanya. Karena itu, lanjut Ali, Bulog harus secepatnya turun tangan untuk melempar beras operasi pasar. Agar masyarakat bisa mendapatkan harga beras operasi pasar yang lebih murah.
Seperti diketahui, saat ini harga beras kualitas I saat ini dijual Rp 8 ribu/kg atau mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 7.500/kg, harga beras kualitas II saat ini dihargai Rp 7.500/kg atau naik dari sebelumnya Rp 7 ribu/kg dan beras kualitas III dihargai Rp 6.200/kg atau naik dari sebelumnya Rp 5.800/kg.
IVANSYAH