Penyebab kematian harimau betina berusia 19 tahun bernama Martina itu diduga karena sakit. "Sejak dua bulan terakhir Martina memang dalam pengawasan dokter kebun binatang," kata juru bicara Kebun Binatang Surabaya, Agus Supangkat.
Kematian Harimau Sumatera itu menambah daftar matinya satwa di kebun binatang tersebut dalam sepekan terakhir. Pada Kamis (12/8) dua satwa mereka, masing-masing Singa Afrika dan kanguru tanah, juga mati. Pihak kebun binatang mensinyalir kematian kedua satwa itu juga karena sakit.
Agus menambahkan, ditilik dari usia Harimau Sumatera yang mati tersebut tergolong tua. Sebab berdasarkan literatur yang ada, kata Agus, usia rata-rata harimau antara 15-16 tahun. "Kalau di penangkaran bisa mencapai 20 tahun," kata Agus.
Agus yakin kematian harimau, singa dan kanguru itu tidak menganggu koleksi Kebun Binatang Surabaya karena masih ada 13 ekor. Koleksi kanguru tanah masih berjumlah 13 ekor dan Singa Afrika masih 10 ekor. "Secara keseluruhan satwa koleksi kebun binatang kami ada 4.200 ekor, dan rata-rata satu bulan mati 25 ekor," ujar Agus.
Bekas pengurus Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia, Singky Soewadji menilai ada ketidakwajaran dalam matinya tiga satwa Kebun Binatang Surabaya dalam sepekan terakhir. Menurut dia, setiap kebun binatang itu dilanda konflik internal, pasti ada hewan yang mati.
"Perkiraan saya dua, kalau tidak disabotase ya karena hewannya tak terurus sebagai dampak dari konflik itu," kata dia. Singky mendesak polisi menyelidiki kematian satwa-satwa tersebut agar tidak menjadi preseden buruk bagi Kebun Binatang Surabaya.
Sebab, kebun binatang legendaris ini sudah milik semua masyarakat. "Jangan korbankan satwa hanya untuk kepentingan pengurus yang sedang berkonflik," kata dia.
KUKUH S WIBOWO