Langkah pertama yang akan diambil, kata Soekarwo, melakukan penyelamatan hewan di KBS. Tim penyelamatan mengambil alih proses perawatan satwa. "Dari situ kan kelihatan, kenapa satwa itu kok banyak yang mati. Kalau yang salah pihak menejemennya, ya, kami usulkan untuk diganti," ucapnya.
Adapun dana penyelamatan, menurut Soekarwo, diambilkan dari pos anggaran bencana atau pos anggaran lainnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Suparwoko menjelaskan, ketidak tersediaan jodoh dan sempitnya lokasi kandang menjadi faktor utama kematian hewan di KBS. "Banyak satwa yang tidak memiliki jodoh, jadinya stres dan mati," katanya sesaat setelah melaporkan hasil kajian timnya kepada Gubernur Soekarwo terkait banyaknya satwa yang mati di KBS.
Suparwoko mengungkapkan, mayoritas kandang di KBS hanya berukuran empat meter persegi sehingga menyulitkan satwa melakukan aktifitas.
Dia mencontohkan kandang macan. Kandang disekat-sekat masing-masing dengan ukuran empat meter persegi. Setiap sekat kandang dihuni seekor macan betina. Akibatnya, kesehariannya macan betina tersebut hanya berputar-putar di kandang yang sengat sempit tersebut.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan lima dokter hewan yang ditunjuk Dinas Peternakan juga menunjukkan pola makan hewan juga tidak teratur karena diberikan oleh pawang yang kurang berkompeten. Kondisi kebersihan kandang juga sangat buruk.
Menurut penelusuran Dinas Peternakan, dalam setahun ini setidaknya 160 ekor satwa KBS yang mati, dan dalam sepekan terakhir teradapat tujuh satwa yang mati. "Kondisi KBS juga sudah sangat overload karena hampir tiap bulan menerima sumbangan 20 satwa," papar Suparwoko. ROHMAN TAUFIQ.