TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia secara tidak langsung memberi dampak kepada warga Indonesi yang berada di Malaysia. Paling tidak, mereka kerap mendapat pertanyaan soal aksi pembakaran bendera Malaysia yang dilakukan sekelompok massa, di tanah air.
Yati, 37 tahun, misalnya. Perempuan asal Indoensia sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di satu pusat bisnis di Kuala Lumpur. Dia mengaku risih setiap mendapat pertanyaan soak pembakaran bendera itu. "Mereka tanya. Mengapa negara awak bakar bendera Malaysia?" kata Yati.
Setiap mendapat pertanyaan itu dia mengatakan dirinya hanya rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa. Apalagi kejadian itu berlangsung di tanah air dan dia tidak berada di sana. Namun jawaban itu tidak bisa menghentikan pertanyaan lanjutan. Bahkan Yati diminta untuk menghentikan aksi anti-Malaysia itu."Capakaplah negara awak, jangan bakar bendera kami" kata Yati menirukan perkataan si penanya.
Perlakuan yang sama dialami juga oleh Felix Kusmanto, Ketua Pelajar Indonesia di salah satu kampus di Kuala Lumpur. "Tiap hari pasti ada yang bertanya tentang pembakaran bendera, aksi sweeping, sampai aksi pelemparan kotoran" katanya. Padahal menurut Felix, informasi yang dia dapat hanya terbatas dari internet saja. "Ujung-ujungnya kami mengatakan, aksi itu tidak mencerminkan sikap warga Indonesia keseluruhan".
Mahroji Maghfur, Ketua Perhimpunan Masyarakat Indonesia (Permai) di Malaysia, mengatakan sejauh ini belum ada aksi kekerasan yang diterima warga Indonesia di Malaysia terkait memanasnya hubungan kedua negara itu. "Paling hanya pertanyaan tentang pembakaran bendera Malaysia itu. Padahal kami sendiri belum tahu informasinya" kata dia.
Masrur