TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan kembali mempertahankan patokan suku bunga, BI Rate.
Menurut Analis Ekonomi PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, kendati ada kemungkinan inflasi tahun ini di atas target, BI masih bisa mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di 6,5 persen untuk ke-13 bulan kali berturut-turut.
Hingga akhir tahun ini, dia memperkirakan BI Rate bisa naik ke 6,75 persen. "Tapi, jika Oktober terjadi deflasi, BI Rate masih bisa bertahan di 6,5 persen hingga akhir tahun," kata Lana.
Dia menjelaskan, tekanan inflasi dalam tiga bulan terakhir, yakni dari Juli sampai September, memang cukup mengkhawatirkan. Tapi juga bersifat temporer jika musim kembali normal sehingga ada kemungkinan akan ada deflasi pada Oktober dan November.
Badan Pusat Statistik pada Rabu lalu mengumumkan laju inflasi Agustus yang mencapai 0,76 persen (month on month). Meskipun angka inflasi Agustus itu di bawah perkiraan para analis, secara annualized (tahunan), inflasi itu sudah mencapai 7,23 persen dan telah menyumbang total inflasi selama tahun kalender menjadi 4,82 persen (year to date).
Menurut Lana, ini sebenarnya sudah mulai mengkhawatirkan karena ini berarti tidak tercapainya target inflasi, baik target BI maupun target dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2010, yang maksimum sebesar 6 persen.
Ekonom Citigroup Johanna Chua juga memperkirakan inflasi tahun ini ada kemungkinan akan melebihi target bank sentral maupun pemerintah.
Menurut dia, meskipun inflasi Agustus lebih rendah dari perkiraan para analis, inflasi inti meningkat sehingga bisa mengancam target inflasi sampai akhir tahun.
Karena itu, ia berharap BI mulai berjaga-jaga untuk mulai menaikkan patokan suku bunga. "Kami harap akan ada kenaikan BI Rate pada kuartal keempat 2010," kata Chua dalam analisis ekonomi makro Indonesia. BI, dia menambahkan, bisa melanjutkan pengetatan likuiditas lewat giro wajib minimum dan rasio pengucuran kredit.
GRACE S GANDHI