TEMPO Interaktif, Semarang - Keluarga almarhum Susanti (28), guru SMP Ma'arif Kendal, Jawa Tengah, yang menderita penyakit langka guillain-barre syndrome (GBS) menyatakan belum mampu membayar biaya tagihan perawatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang besarnya mencapai Rp 300 juta.
Susanti yang dirawat di rumah sakit itu sejak 11 Juli lalu akhirnya meninggal dunia pada Jumat (3/9) malam pukul 20.45 karena kondisinya sangat kritis setelah menjalani operasi kiret.
"Kami bingung bagaimana harus membayar tagihan sebesar itu," ujar Sumardi, kakak Susanti, kepada Tempo, Ahad (5/9). Selama menjalani perawatan, kata Sumardi, keluarga Susanti juga sudah mengeluarkan biaya sebesar Rp 100 jutaan. Uang sebesar itu berasal dari hasil penjualan tanah miliknya.
Sumardi berharap agar Rumah Sakit Sultan Agung bisa memberikan keringanan tagihan biaya pengobatan dan perawatan Susanti. "Pihak keluarga sudah tak mampu lagi menanggung tagihan biaya sebesar itu," katanya. Hingga Ahad ini, manajemen rumah sakit belum membicarakan tagihan biaya perawatan tersebut dengan keluarga.
Rencananya, Sumardi akan ke Rumah Sakit Sultan Agung pada Senin (6/9) mendatang untuk membicarakan masalah tersebut. Saat Susanti dirawat, ada sumbangan yang diberikan dari berbagai pihak, yakni sebesar Rp 41 juta serta dari para relawan terkumpul sekitar Rp 7 juta. Selain itu juga ada sumbangan yang disalurkan langsung ke rekening rumah sakit, yakni Rp 25 juta.
Keluarga Susanti sebenarnya sudah datang ke Komisi E DPRD Jawa Tengah agar bisa memberikan bantuan. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil karena Susanti dirawat di rumah sakit swasta, bukan rumah sakit milik pemerintah.
ROFIUDDIN