Hal ini diungkapkan Anggota Komisi III, Bidang Kesejahteraan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota setempat, Junaedi Malik.
“Selebaran ini diedarkan sejak awal bulan lalu, dan kini mulai meluas,” kata dia, Selasa sore (7/9). Junaidi mengetahuinya berdasar laporan dari masyarakat dan pengurus masjid.
Selebaran itu dicetak berwarna di kertas folio. Isinya, akan ada rasul baru setelah nabi Muhammad. Selain itu, disebutkan pula jika berdzikir akbar dan berdzikir menggunakan hitungan merupakan kegiatan yang menyimpang.
Dalam selebaran itu dijelaskan pula akan ada Nabi setelah Nabi Muhammad. Selain itu, membaca Al-Quran yang disyairkan dengan model musabaqoh tilawatil quran (MTQ) juga dianggap mendustakan. Serta tanggungjawab Majelis Ulama Indonesia yang bertanggungjawab atas rusaknya moral bangsa Indonesia.
Dalam selebaran disebutkan jelas inisial penulis, yakni SR yang engkap dengan identitas penerbit, yakni KW yang terpampang di bagian belakang. ”Yang menyangkut syariat inilah yang membuat masyarakat, utamanya umat muslim resah,” tegas politisi PKB ini.
Bahkan tertulis pula motto jelas, tegas, dan bertanggung jawab serta nomor telepon si penulis. Juga tertulis website penerbit selebaran ini. Junaedi mendesak aparat segera mengusut penyebar selebaran ini. ”Kalau tak ada langkah konkret dari aparat hukum, kami akan menggerakkan ormas untuk bertindak,” tandasnya. (Baca juga: Gatot Membantah)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mengaku tak akan gegabah menyikapi masalah ini. Sebaliknya, MUI justru menilai jika penerbit selebaran tersebut hanya mencari sensasi dan popularitas. ”Hal ini tak perlu ditanggapi,” terang Ketua Bidang Fatwa dan Hukum MUI Kota Mojokerto, Wahib Wahab.
Soal tuduhan bahwa MUI yang harus bertanggungjawab atas rusaknya moral bangsa, Wahib Wahab enggan menanggapi lantaran siapa di balik selebaran itu masih belum jelas. ”Kalau seperti aliran Santriloka, kita akan tindaklanjuti. Tenang saja,” paparnya.
MUHAMMAD TAUFIK