Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menjelaskan kenaikan ekspor ini disebabkan diversifikasi negara tujuan ekspor. Kendati begitu, ia mengakui besaran kenaikan itu tak signifikan karena gangguan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa belum pulih.
"Pemerintah berharap bisa lebih dari 20 persen dengan kenaikan tahunan juga lebih dari 20 persen," ujar Mahendra usai silaturahmi Hari Raya Idul Fitri di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (14/9).
Sekitar 11-12 persen ekspor Indonesia, masing-masing, menuju Amerika dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang diharapkan lebih berkesinambungan masih terganggu karena negeri itu tengah menghadapi beberapa perkembangan baru.
Sementara Eropa, meski lebih baik, namun mengacu pada kebijakan pengetatan anggaran. "Dampaknya pada Indonesia, permintaan impor (dari Amerika dan Eropa) akan terpengaruh," ujarnya. Karena itu, dibandingkan pada 2008, ekspor Indonesia tahun ini masih melambat.
Tahun lalu, ia mencatat nilai ekspor sekitar US$ 114 miliar, turun dari rekor tertinggi pada 2008 sebesar US$ 131 miliar. Penurunan pada awal semester pertama 2009 disebabkan oleh krisis dan berhasil bangkit pada semester kedua.
Diversifikasi pemerintah tahun ini meliputi wilayah baru seperti Afrika, Eropa timur, dan Amerika Latin. Sementara untuk prediksi tahun depan sangat bergantung pada kondisi global. "Tapi harusnya sudah kelihatan dari perkembangan Eropa," ucap Mahendra.
RIEKA RAHADIANA