TEMPO Interaktif, Surakarta - Omzet pengusaha batik di Surakarta meningkat hingga 300 persen selama libur Hari Raya Idul Fitri. Pengusaha batik Gunawan Setiawan mengatakan pengunjung mulai ramai sejak hari pertama buka pasca Lebaran. “Saya mulai buka pada Minggu. Dan pembelinya sangat ramai,” katanya kepada Tempo, hari ini.
Menurut dia, tanggal jatuhnya Lebaran sangat pas karena memberikan waktu untuk pemudik berbelanja. “Tidak seperti tahun lalu, yang terasa pendek. Tahun ini, rasanya libur saat Lebaran lebih panjang,” katanya.
Jenis batik yang banyak dibeli seperti batik tulis warna alam dan batik tulis warna sintetis. Gunawan menerangkan batik tulis warna alam paling murah dijual Rp 250 ribu. “Yang warna sintetis Rp 100-150 ribu,” ujar pria yang juga Ketua Komunitas Pengusaha Batik di Kauman.
Warna alam lebih mahal karena prosesnya lebih sulit, termasuk mencari bahan baku pewarnaan. “Meski lebih mahal, justru malah paling laku,” ucapnya. Dia memperkirakan ramainya pembeli akan berakhir akhir pekan ini, bersamaan dengan selesainya libur anak sekolah.
Selain penjualan, tokonya juga ramai dengan wisatawan yang ingin belajar membatik. Biasanya mereka menghabiskan waktu dua jam dalam sehari untuk belajar. “Mereka penasaran. Ingin tahu proses membatik seperti apa,” katanya. Jika di hari biasa tidak mesti ada yang belajar, maka saat liburan kali ini tiap harinya ada 20-30 orang. “Biayanya Rp 15 ribu per orang per dua jam,” katanya.
Terpisah, Ketua ASITA (Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies) Surakarta Suharto mengatakan bahwa Surakarta memang sudah dikenal sebagai kota wisata belanja. “Utamanya batik,” terangnya.
Menurutnya, potensi Surakarta sebagai wisata belanja batik harus terus digalakkan. Apalagi sudah ada dua kampung batik, Kauman dan Laweyan. “Juga ada pasar penjualan batik di Pasar Klewer,” lanjutnya. Selain batik, wisatawan yang datang ke Surakarta juga dapat membeli oleh-oleh dan suvenir khas Surakarta seperti abon dan wayang.
UKKY PRIMARTANTYO