TEMPO Interaktif, Jakarta - Dialog antara Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) dengan Majelis Ulama Indonesia berlangsung tertutup di Kantor Pusat MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (18/9).Wartawan tidak diperkenankan mengikuti pertemuan.
Pertemuan tersebut membahas masalah rumah ibadah pasca penganiayaan terhadap pendeta dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan, Ciketing, Bekasi, pada (12/9) lalu. Dialog tersebut rencananya dihadiri Ketua dan Sekretaris Jenderal MUI.
Baca Juga:
Dialog tersebut digagas setelah terjadi insiden penusukan dan penganiayaan jemaat HKBP di Ciketing, Besi Timur, 12 September lalu. Kasus tersebut masih disidik pihak kepolisian.
Kemarin, Kepala Bidang Penerangan Umum Kepolisian RI Komisaris Besar Marwoto Soeto menyatakan, kasus penganiayaan itu diduga direncanakan oleh lebih dari sepuluh orang. "Ketua FPI Bekasi, MB, ikut dalam perkumpulan yang diikuti lebih dari 10 orang di satu masjid sebelum penyerangan," kata Marwoto kemarin. MB adalah Murhali Barda, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi, yang ditahan bersama sembilan tersangka lain.Menurut Marwoto, dugaan bahwa serangan itu direncanakan sangat kuat karena anggota organisasi masyarakat itu membawa senjata tajam saat menyerang. "Tidak mungkin tak disengaja. Ada yang membawa senjata tajam, senjata itu diacung-acungkan, dan kena perut. Masak, tidak disengaja."
Namun polisi belum mengetahui siapa yang memerintahkan penyerangan itu dan apa motifnya. "Apakah MB yang perintahkan, belum tahu. Tapi, dari keterangan sembilan saksi, mengarah ke Ketua FPI Bekasi itu," Marwoto menjelaskan.
Sandy Indra Pratama