Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengantar Kepergian Nyai Bule dengan Khidmat

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Solo - Sinar matahari belum lagi panas. Belasan orang terlihat tengah mempersiapkan prosesi pemakaman, Kamis (23/09). Dari pakaian yang dikenakan, mereka adalah abdi dalem dan sentana dalem Keraton Kasunanan Surakarta, terlihat dari seutas samir yang melilit leher mereka. Sedangkan lebih dari seratus pasang mata mengikuti prosesi pemakaman yang dilakukan di alun-alun Selatan Keraton tersebut.


Pemakaman tersebut bukan pemakaman biasa. Sebab, yang dimakamkan adalah salah satu pusaka keraton yang berupa kerbau bule. Kerbau bule bernama Nyai Debleng Sepuh tersebut meninggal sehari sebelumnya. Menurut Sang Pawang, Utomo Gunadi, kerbau tersebut memang paling tua di antara kawanan kerbau bule yang dimiliki keraton.

Karena merupakan pusaka, wajar jika pemakaman tersebut dilakukan secara khidmat. Sebelum dimasukkan ke liang lahat, kerbau tersebut dimandikan dengan air bunga yang berada di dalam ember bekas cat tembok ukuran 25 liter. Secara bergantian, para abdi dalem mengosok tubuh Nyai Debleng Sepuh dengan kulit jagung.

Usai dimandikan, mereka mencoba memasukkan jasad Nyai Debleng Sepuh ke liang lahat yang berjarak sekitar lima meter. Rupanya, bagian tersebut merupakan bagian paling sulit. Mereka harus mengangkat tubuh berkuintal-kuintal itu dengan peralatan sederhana, seperti tali dan bambu. Namun akhirnya, pekerjaan itu dapat selesai.

Hewan kesayangan keraton tersebut dimasukkan lubang, dengan kepala berada di utara. Mirip dengan pemakaman manusia. Jasad kerbau tersebut kemudian dililit dengan kain kafan, dan dikalungi seuntai melati. Diawali dengan doa dari ulama Keraton, makam itu pun ditimbun. Sebuah payung kertas warna hijau ditancapkan di atas makam itu.

Utomo Gunadi menceritakan, kesehatan Nyai Debleng Sepuh memang sudah lama menurun. “Selama tiga tahun terakhir dia tidak bisa melihat lantaran sejenis katarak,”  kata Utomo. Setelah sakit keras selama tiga hari, kerbau berkulit putih kemerah-merahan tersebut akhirnya mati.

Mengenai prosesi pemakaman yang mirip dengan manusia, Utomo Gunadi menganggap hal itu sebagai wujud ritual budaya yang perlu dilestarikan. “Bagaimanapun kerbau bule ini memang memiliki keunikan,” kata Utomo. Bukan hanya tanduknya yang panjang, warna kulit kerbau tersebut juga lain daripada kerbau biasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Keraton Kasunanan, kerbau bule keturunan Kyai Slamet tersebut merupakan perlambang sebuah negara agraris. Kawanan kerbau yang telah beberapa generasi berada di dalam keraton tersebut selalu menghiasi kirab upacara Tahun Baru penanggalan Jawa. Bahkan, kerbau yang saat ini jumlahnya sembilan ekor tersebut selalu tampil di posisi paling depan dalam acara kirab.

Untunglah, sebulan sebelumnya, salah satu kerbau bule tersebut, yang bernama Manis Muda, berhasil melahirkan keturunan. Bayi kerbau tersebut diberi nama Welas. Utomo optimis, kerbau tersebut masih mampu terus bereproduksi sehingga tidak akan punah.

Ahmad Rafiq

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

17 hari lalu

Logo perguruan pencak silat Merpati Putih. wikipedia
Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

39 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Sejumlah warga melintas di depan  Keraton Surakarta. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto: TEMPO | SEPTHIA RYANTHIE.
Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.


UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto:  kebudayaan.kemdikbud.go.id.
UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.


Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Patung dua harimau dan meriam di depan bangunan Jinem Pangrawit  Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, (4/1). TEMPO/Rully Kesuma
Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.


Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Keraton Solo. ANTARA/Aris Wasita
Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022


Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta bersyukur kunjungan wisatawan mulai pulih dan menggerakkan roda perekonomian mereka. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.