"Sekarang itu kan enam itu kita beli spend US $ 200-300 juta untuk total enam. Tentu kalau kita beli lagi ya sekitar itu," kata Purnomo usai menghadiri pelantikan Panglima TNI di Istana Negara, Selasa 28 September 2010.
Purnomo mengatakan pembelian enam unit Sukhoi tersebut untuk menggenapi 10 Sukhoi yang ada hingga menjadi satu skuadron. "Untuk penambahan jadi satu full squadron, satu squadron itu 16," katanya.
Mengenai missil untuk melengkapi Sukhoi tersebut, kata Purnomo, bisa dibeli secara terpisah. "Jadi kalau kita kontrak dengan Sukhoi yang penting dia ada raknya (slot untuk membawa missil)," katanya.
Purnomo mengatakan missil untuk Sukhoi tak harus buatan Rusia, tapi juga bisa produksi dalam negeri atau buatan Cina. Ia menjamin sistem komputasi yang dimiliki Sukhoi kompatibel dengan rudal tersebut.
Ia mencontohkan dua pesawat Sukhoi yang berhasil melakukan seluruh uji coba bom latih P-100 di Kabupaten, Takalar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. "Itu dengan (rudal) buatan dalam negeri sudah bisa," katanya.
Bom latih P-100 yang disebut Purnomo tersebut merupakan hasil kerjasama Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU dengan CV Sari Bahari Malang, Jawa Timur.
Purnomo memastikan bom latih P-100 itu cocok dengan sistem komputasi milik Sukhoi. "Komputasinya mereka, pilot-pilot mengatakan tak masalah. Kemudian rudalnya, rudalnya juga bisa yang buatan Cina," katanya.
Namun Purnomo tak menyebutkan berapa anggaran yang bisa dihemat dengan membeli rudal terpisah dari pembelian Sukhoi. "Seperti kalau kalian bangun rumah lah gitu, mungkin yang didepan pakai kayu mahal, yang belakang tidak," katanya.
Saat ini, kata Purnomo, rencana pembelian enam Sukhoi tersebut masih dalam proses. Pihaknya sudah berbicara dengan Duta Besar Rusia dan akan dilanjutkan lagi pada November mendatang. "Kalau prosesnya mengikuti proses di birokrasi," katanya.
DWI RIYANTO AGUSTIAR