TEMPO Interaktif, Tangerang - Pembangkit Listrik Tenaga Uap III Banten, Lontar, akan mengatasi krisis listrik di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang memiliki cadangan energi listrik semakin menipis.
”Dengan beroperasinya PLTU Lontar ini, masalah krisis listrik di wilayah Jakarta akan teratasi,” ujar Koordinator Proyek PLTU Lontar, Rusdi Johan, hari ini.
Menurutnya, saat ini pembangunan PLTU Lontar telah memasuki tahap konstruksi dengan kemajuan 84,44 persen. Pada tanggal 23 September PLTU Lontar telah sukses melaksanakan backfeeding, yaitu menyalurkan listrik tegangan tinggi dari sistem Listrik PLN ke pembangkit.
"Backfeeding ini ditujukan untuk menjalankan motor-motor bertegangan menengah (MV) dan rendah (LV) untuk keperluan konstruksi dan pengetesan peralatan pembangkit," kata Rusdi.
Proyek PLTU III Banten Lontar dibangun sebanyak tiga unit dengan kapasitas masing-masing unit 315 megawatt sehingga total kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan 945 megawatt.
Proyek Pembangunan PLTU Lontar ini ditujukan untuk memperkuat pasokan tenaga listrik di area Jakarta dan sekitarnya pada sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Menurut Rusdi, daya listrik yang dihasilkan akan disalurkan melalui jaringan transmisi 150 kV (SUTT) sepanjang 22 kilometer ke Gardu Induk Teluk Naga dan sepanjang 22 kilometer ke Gardu Induk New Tangerang.
Beroperasinya PLTU Lontar yang berbahan bakar batubara diharapkan dapat menggantikan pembangkit lain yang berbahan bakar minyak sehingga dapat menghemat pengeluaran PLN.
Batubara yang digunakan untuk PLTU Lontar, kata Rusdi, adalah batubara dengan kalori rendah (low rank coal). Kebutuhan batubara untuk operasional pembangkit yang diperkirakan sebanyak 2,29 juta ton per tahun akan dipasok oleh konsorsium PT Kasih Industri Indonesia dengan PT Senamas Energindo Mulia dan konsorsium PT Arutmin Indonesia dengan PT Darma Henwa.
Saat ini, ia meneruskan, Tim Proyek PLTU III Banten Lontar sedang bekerja keras agar dapat melaksanakan sinkronisasi Unit #1 pada tanggal 31 Desember 2010 sesuai dengan instruksi direksi PLN.
Kegiatan sinkronisasi ditandai dengan pertama kalinya disalurkannya daya listrik yang dihasilkan pembangkit ke jaringan PLN. Tahapan proyek setelah sinkronisasi adalah Commercial Operation Date (COD) yaitu tanggal saat pembangkit beroperasi komersial dan mulai menjual daya listrik yang dihasilkan. COD untuk Unit 1 direncanakan pada tanggal 7 April 2011, Unit 2 pada tanggal 7 Juni 2011, dan Unit 3 pada tanggal 7 Agustus 2011.
“Pada saat sinkron hingga COD dilakukan pengetesan-pengetesan untuk menguji kehandalan pembangkit,” kata Rusdi.
Untuk mengebut pekerjaan itu, kata Rusdi, sejak Agustus lalu pihaknya mempekerjakan jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 3.692 orang dan pekerja asing sebanyak 296 orang.
JONIANSYAH