Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eloknya Batik Madura di Atas Kain Sutra

image-gnews
Batik Madura. TEMPO/FatkhurRohman Taufiq
Batik Madura. TEMPO/FatkhurRohman Taufiq
Iklan
TEMPO Interaktif, PAMEKASAN - Jemari lentik puluhan wanita berjilbab nan cantik, lincah menorehkan tinta warna cerah dengan peralatan canting. Goresan di atas selembar kain sutra putih, perlahan-lahan membentuk rangakain bunga mawar nan indah. Tangan-tangan itu terus bergerak seperti tak kenal lelah meski tungku kecil berisi tinta mendidih di atas panggangan api.


Di bagian lain gedung milik UD Safari Soni, sebuah home industri yang khusus memproduksi batik di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, sekitar 10 pria bertelanjang dada tampak sibuk membuat batik cap.


Hanya dalam beberapa jam, puluhan lembar kain putih telah berubah menjadi lembaran batik nan elok dengan beragam corak dan gambar. Kecekatan mereka seolah tak terusik pengapnya ruangan yang dipenuhi asap. Sementara itu, dua pria lainnya mencelupkan lembar demi lembar batik ke dalam air di sebuah drum yang dipanasi api membara.


Pemandangan yang tampak pada pekan terakhir Septeber 2010 lalu, itu memperlihatkan industri batik di Madura, khususnya di Pamekasan kian menggeliat setelah Pulau Madura tersambung Pulau Jawa oleh Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu), Juni 2008 lalu.


Warga setempat pun kian bersemangat menekuni pekerjaannya. Munawaroh, 25 tahun, salah seorang dari 20 wanita berjilbab yang telah setahun bekerja di UD Safari Soni, menyatakan kegembiraannya. Kerja kerasnya bersama rekan-rekannya membuahkan hasil. Batik produksi UD Safari semakin banyak peminatnya. Kehidupan mereka pun menjadi terjamin.


Setiap hari Munawaroh mampu menyelesaikan satu hingga tiga lembar batik tulis. "Tergantung motifnya. Kalau mudah, bisa rampungkan tiga lembar batik. Kalau sulit, ya, hanya satu lembar," tuturnya.


Hasil kerjanya membatik pada kain berukuran 119 x 170 centimeter, dan motifnya tidak terlampau rumit, Munawaroh mendapatkan upah Rp 5.000 per lembar batik. Sedangkan untuk motif yang rumit, Munawaroh mendapatkan upah Rp 10 ribu per lembar.


Adapun para pekerja batik cap, seperti Fauzan, 30 tahun, mendapatkan upah Rp 1.500 per lembar kain batik yang dirampungkannya. "Penghasilan per hari, ya, lumayan. Saya bisa mengerjakan 40 lembar," ujarrnya.


Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan tanggal 2 Oktober sebagai hari batik, kemasyhuran batik Madura mulai menyaingi batik daerah lainnya di Indonesia, termasuk batik Pekalongan, ataupun batik Solo yang sudah lebih dahulu tersohor.


Batik Madura pun memiliki keunikan tersendiri dengan tampilannya yang kerap disebut dengan nada yang berbau ejekan: norak. Didominasi warna cerah mencolok, seperti merah dan hitam, membedakannya dengan batik daerah lain. Para pemburu batik ‘norak’ Madura pun kian banyak.


UD Safari Soni milik Safari, 41 tahun, kini berkembang pesat. Setahun yang lalu, di rumahnya, Safari hanya dibantu empat sanak keluarganya. Saat itu hanya mampu menghasilkan 30 lembar kain batik per hari. Namun saat ini, dengan jumlah pekerjanya lebih dari 60 orang, Safari justeru kewalahan memenuhi permintaan para pelaggannya hingga mencapai seribu lembari per hari.


Untuk mendirikan UD Safari Soni, Safari bermodalkan dana Rp 30 juta. Sebanyak Rp 20 juta di antaranya berupa pinjaman dari Bank BRI. Sedankan Rp 10 juta hasil menjual tanah yang terpaksa dilakukannya karena pinjaman bank belum mencukupi. Namun, saat ini Safari sudah bisa meraup keuntungan bersih Rp 2.500.000 per hari. ”Seberapa pun hasilnya, saya wajib bersyukur,” ucapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Safari membuka toko berukuran empat meter persegi yang menempel dengan rumah tinggalnya sebagai tempat memajang dan memasarkan batiknya. Dia juga menjual batiknya di sentra penjualan batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan.


Keberadaan sentra batik di pasar ini kian terkenal sejak Pemerintah Kabupaten Pamekasan diri sebagai Kabupaten Batik, 24 Juni 2009. Saat itu, acara deklarasi ditandai dengan kegiatan membuat batik tulis di atas kain sepanjang 1.530 meter oleh 1.000 wanita pembatik.


Wakil Bupati Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo mengakui, geliat batik di Pamekasan semakin terasa setelah beroperasinya Jembatan Suramadu. "Beroperasinya Jembatan Suramadu tentu ada sisi negatifnya, tapi saya yakin banyak sisi positif termasuk tumbuhnya batik di Pamekasan," kata Kadarisman. Saat ini, Kadarisman mengklaim telah ada sekitar 6.000 warganya yang mahir membuat batik tulis.


Pemerintah Kabupaten Pamekasan juga mulai merancang adanya kampung batik di daerah-daerah yang selama ini menjadi sentra pembuatan batik. Ide ini muncul karena tidak bisa hanya mengandalkan Pasar 17 Agustus yang masih merupakan pasar tradisional. Letaknya pun kurang strategis. Kondisinya pun kurang memadai karena bercampur dengan pasar hewan. Padahal industri batik akan mampu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).


Batik di Pasar 17 Agustus lebih banyak dijajakan secara sederhana. Pedagangnya duduk lesehan sembari menggelar batik. Bahkan, banyak di antara penjual batik yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Itu sebabnya mereka tidak mampu memasarkan batiknya setara batik daerah lain. Harganya berkisar antara Rp 40 ribu per lembar hingga yang termahal Rp 2 juta per lembar. ”Padahal dari sisi kwalitas dan keanekaragaman corak dan motifnya, harganya bisa lebih mahal,” kata Kadarisman.


Terus menggeliatnya industri batik, diyakni Kadarisman menjadi salah satu jalan mengentaskan kemiskinan. Di Kabupaten yang terkenal dengan Sapi Sonok (indah), dari 851.690 jiwa warganya, sebanyak 234.019 jiwa masih tergolong miskin.


Kepala Badan Penanaman Modal Jawa Timur Warno Harisasono optimistis keberadaan Jembatan Suramadu telah meyakinkan para investor untuk segera berinvestasi ke Madura. "Saya belum punya data pasti, tapi saya yakin investasi ke Madura akan terus meningkat," papar Warno.


Untuk tahap awal, investasi yang diprioritaskan di Madura adalah pada sektor usaha kerakyatan, termasuk di antaranya batik. Warno mengatakan Madura yang telah ditunjang pembangkit listrik dengan kapasitas 12,5 megawatt, telah siap dikembangkan. ROHMAN TAUFIQ.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

17 jam lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

25 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

27 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

44 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

51 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.


Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

5 Februari 2024

Aktivitas membatik dan pameran batik yang digelar di hotel Yogyakarta Senin (5/2).  Foto: TEMPO|Pribadi Wicaksono.
Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

Pekerjaan rumah saat ini, adalah bagaimana batik bisa memiliki ruang presentasi yang kontinyu untuk memperluas pasarnya.


TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

5 Februari 2024

Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) batik yang melakukan penjualan via live TikTok Shop dalam acara Showcase Event dan Konferensi Pers: TikTok dan Tokopedia Luncurkan Kampanye #MelokalDenganBatik di Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2024. TEMPO/Riri Rahayu.
TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

TikTok Shop dan Tokopedia meluncurkan kampanye #MelokalDenganBatik. Pedagang bebas biaya komisi selama sebulan.