TEMPO Interaktif, Jakarta - Sistem manajemen lalu lintas di sepanjang jalur kontruksi Mass Rapid Transit (MRT) akan diatur sedemikian rupa untuk meminimalisasi kemacetan akibat dampak dari pembangunannya.
Salah satu manajemen lalu lintas itu adalah melebarkan Jalan Fatmawati dari yang semula 17 meter menjadi 22 meter. "Jalan kanan-kirinya dilebarkan masing-masing 2,5 meter," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono siang ini di kantornya.
Baca Juga:
Hingga kini pembebasan lahan di sepanjang jalan itu dikatakan Pristono memang belum kelar 100 persen. Tetapi, pengerjaannya terus berjalan--oleh Dinas Pekerjaan Umum. "Memang belum separuhnya, dan harus bertahap. Kalau Dishub cuma mencakup pengaturan lalu lintas saja," tuturnya.
Pristono menerangkan, jalur MRT sudah jelas akan membuat jalan yang dilintasinya menjadi menyempit. Untuk itu dilakukan pelebaran jalan yang dilalui MRT--sehingga dampak kontruksi MRT bisa mereduksi kemacetan.
Selain Jalan Fatmawati, pelebaran jalan juga dilakukan untuk Jalan TB Simatupang, Cipete Raya, Jalan Abdul Majid dan Bulungan. "Pelebaran jalannya bervariasi, tergantung lebar awalnya," tutur Kepala Seksi Manajemen Lalu Lintas, Renny Dwi Astuti, saat mendampingi Pristono.
Baca Juga:
Pelebaran saat masa pra kontruksi ini, kata Renny, akan dibarengi dengan penghilangan konflik lalu lintas pada simpang jalan. Seperti menutup akses pergerakan U-Turn dan pembongkaran trotoar. "Termasuk pembongkaran median jalan untuk penempatan pilar-pilar jalur MRT," ujar Renny.
Dia melanjutkan, radius tikung juga akan diperbaiki pada jalan-jalan paralel yang menuju jalur MRT, seperti Jalan Antasari, Ampera dan Wijaya.
Menurut Pristono, proyek besar saat masa pra kontruksi MRT adalah pembangunan jalan layang non tol Antasari, dalam rangka mendukung pekerjaan MRT. Jalan layang ini akan terbentang dari Antasari ke Blok M. "Ini sebagai jalur alternatif saat pembangunan berlangsung," ujarnya.
Pada intinya, dijelaskan Pristono, kajian dampak lalu lintas kontruksi Mass Rapid Transit (MRT) dibagi menjadi pra, masa dan pasca kontruksi. Yang dijelaskan di atas tadi, Pristono mengatakan adalah masa pra kontruksi. "Kalau masa kontruksi itu seperti pemancangan pondasi dan pemasangan pagar pengaman proyek," katanya.
Masa kontruksi, yang akan dimulai awal 2012 ini, dikatakan Renny, akan dilakukan pada malam hari. Yaitu dari pukul 22.00 WIB hingga 06.00 WIB. Angkutan masal ini akan melayang dari Lebak Bulus sampai Jalan Sisingamangaraja. Selanjutnya sampai Bundaran HI, MRT akan melewati jalan bawah tanah. "Ada sekitar 15 stasiun transit membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI," ujar Renny.
HERU TRIYONO