TEMPO Interaktif, Jakarta - Curah hujan yang tak menentu belakangan ini dikhawatirkan bakal mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Meski Kementerian Pertanian mengklaim akan terjadi surplus produksi beras sebesar 1,17 persen hingga Desember, namun menurut pengamat pertanian dari Indef Bustanul Arifin, hal itu justru bisa menjadi bumerang.
“Kalau datanya bener nggak apa-apa, tapi kalau datanya tidak benar bagaimana? Pemerintahseharusnya jangan melihat dari sektor makro saja, sektor mikro juga diperhatikan. Sampai sekarang petani masih berjuang dengan hujan yang berlebihan,” kata Bustanul ketika dihubungi.
Ketahanan pangan, menurut Bustanul, juga perlu memperhatikan beberapa aspek penting. Salah satunya adalah mempertahankan stok beras di Perusahaan Umum Bulog. Ia berharap pemerintah mau melakukan upaya-upaya percepatan estimasi pengadaan stok jika di wilayah penghasil beras terjadi kelangkaan.
Wakil Ketua Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat Firman Soebagyo memperingatkan, Kementerian Pertanian segera melakukan langkah penyelamatan ketahanan pangan terkait cuaca yang ekstrim saat ini. “Lihat saja Rusia, itu karena cuaca juga kan,” kata Firman pada kesempatan terpisah.
Menurut dia, pemerintah harus bertindak cepat mengantisipasi dampak cuaca ekstrim yang bisa menjadi ancaman itu. Bila tidak, ia memprediksi, Januari tahun depan Indonesia akan mengalami kerawanan pangan.
“Pemerintah sangat lemah mengantisipasi dampak atas perubahan iklim. Soal hama juga begitu. Harusnya ada upaya yang sifatnya preventif cuaca,” kata Firman.
APRIARTO MUKTIADI