TEMPO Interaktif, Larantuka - Sedikitnya 10 ribu umat Katolik dari berbagai daerah di Tanah Air berkumpul di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (7/10) malam, menghadiri perayaan misa agung memperingati lima abad Tuan Ma (Bunda Maria).
Misa dipimpin Ketua Koferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus Situmorang dibantu delapan uskup dari berbagai wilayah. Keberadaan Patung Tuan Ma di Larantuka telah mencapai 500 tahun. Awalnya, patung tersebut ditemukan di pesisir pantai Larantuka tahun 1510. Patung yang diagungkan itu kemudian disimpan di rumah adat (Korke) setempat.
Umat katolik mensyukuri kedatangan Tuan Ma tersebut sebagai kisah perjalanan iman umat katolik di Flores Timur. Setiap tahun, kota ini didatangi ribuan peziarah dari berbagai negara.
Dalam khotbah yang dibawakan Uskup Maumere, Mgr Erwin Parera mengatakan, makna dari perayaan lima abad Tuan Ma hendaknya dilihat sebagai momen bersejarah perjalanan iman keuskupan Larantuka.
"Perayaan ini atas dasar keyakinan bahwa dengan cinta keibuannnya, Bunda Maria memperhatikan saudara-saudari dari putera-Nya yang masih dalam persiarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran sampai mereka mencapai tanah air yang penuh kebahagiaan," katanya.
Dia mengajak umat dengan penuh syukur lima abad kehadiran tuan ma di kota tersebut. Namun, ia mengingatkan, waktu tepat datangnya patung bunda Maria belum dapat dipastikan dan mungkin sulit diketahui secara tepat.
Menurut dia, perayaan ini hendaknya dilihat sebagai kesempatan untuk mengarahkan kehidupan sehari-hari kepada hal-hal yang benar dan mewujudkannya dalam semangat cinta kasih dalam bermasyarakat.
Sementara itu, Ketua KWI mengatakan, perayaan ini tidak saja menghadapi tradisi, tetapi merupakan kekuatan energik sebagai peristiwa yang menghadirkan kebaikan di lingkungan gereja dan masyarakat. "Kebaikan itu membawa kegembiraan dalam masyarakat di mana gereja itu berada," katanya.
Dia berharap kehidupan antarumat beragama dan aliran kepercayaan yang homogen di Indonesia, jangan dijadikan sumber konflik, sebab akan menghabiskan banyak engeri dan banyak kesempatan.
Usai misa syukur tersebut dilakukan penandatanganan prasasti dari isteri raja Larantuka ke-III Dona Martina Kanena Ximenes da Silva, Diaz Viera de Godinho (DVG). Ia adalah raja yang memerintah atas nama maria.
Kegiatan ini dirangkai dengan penyerahan tongkat raja Larantuka kepada Uskup Larantuka. Seusai misa, dilanjutkan dengan prosesi mengantar kembali patung reinha rosari dari lokasi perayaan ke Katedral Larantuka oleh konfreria (laskar maria) bersama umat.
YOHANES SEO