Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Komunitas Tugu Sayangkan Batalnya Pemugaran Gereja Tugu  

image-gnews
Gereja Tugu di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. TEMPO/Zulkarnain
Gereja Tugu di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. TEMPO/Zulkarnain
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ikatan Keluarga Besar Tugu menyayangkan batalnya pemugaran Gereja Tugu, Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara. "Sayang sekali, kami sudah melobi sampai disetujui tapi tidak jadi dipugar," kata Humas Ikatan Keluarga Besar Tugu (Komunitas Tugu) Arthur James Michiels kepada Tempo, Selasa (12/10).

Pemugaran terhadap bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1748 itu disebutkan Arthur memang dilakukan oleh Komunitas Tugu. "Kami melihat ada bangunan bersejarah yang perlu dilestarikan di Tugu jadi kami mengajukan pemugaran ke Pemerintah sejak puluhan tahun lalu," ujarnya.

Pemkot Jakarta Utara batal melakukan pemugaran terhadap bangunan cagar budaya ini karena tidak mendapat izin dari Sinode selaku pengelola gereja. Sinode baru akan membahas pemugaran ini bulan depan, padahal anggaran sebesar Rp 3,4 milyar dari Pemkot sudah harus masuk laporan pertanggungjawaban di bulan Desember.

Menurut Arthur, Gereja Tugu merupakan gereja yang berdiri sendiri, bukan dikelola pihak manapun atau self-handled care. "Awal berdirinya gereja ini bukan milik Belanda," katanya.

Arthur menceritakan pada tahun 1675, pendeta asal Belanda, Melchior Leydecker, datang ke daerah yang kini dikenal dengan nama Tugu untuk mencari budak serdadu Portugis yang melarikan diri karena menolak berganti nama ke Belanda dan masuk Protestan.

Melchior membangun gereja berbahan kayu di tempat ia melayani sekitar 150 umat dari kaum Mardijkers, sebutan budak serdadu Portugis tersebut. Karena jumlah jemaat berkembang, pada tahun 1738, dibangun gereja yang baru di tempat yang lama. "Kali ini bangunan semi-permanen, separuh kayu, separuh batu," ujar Arthur.

Namun bangunan ini dibakar massa etnis Tionghoa pada tahun 1740 menyusul pemancungan 20 ribuan warga etnis Tionghoa oleh Gubernur Adrian Faulkner. "Mereka mengira warga Tugu dari Belanda," kata Arthur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gereja kembali dibangun pada tahun 1744 oleh seorang tuan tanah dari Cilincing, Justinus Venj, untuk warga Tugu. Bangunan gereja yang permanen selesai didirikan pada tahun 1747 dan sudah mulai dipakai beribadah. Namun gereja ini baru ditasblihkan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh seorang pendeta keturunan Jerman-Portugis, Johan Mauritz Mohr.

Pada tanggal 20 Januari 1840, Keputusan Gereja di Batavia menyatakan warga Tugu sebagai Inheemse Christenen atau Kristen Bumiputra. "Artinya kami resmi jadi orang asli indonesia dan bukan orang Belanda," kata Arthur. Menurut Arthur, keputusan ini juga berarti Gereja Tugu bukan menjadi milik Belanda.

Arthur mengatakan, aset gereja kini dikuasai GPIB. "Pada tahun 1948, Peraturan Pemerintah mengharuskan gereja berbadan hukum," ujarnya. Semestinya, disebutkan Arthur, GPIB hanya menguasai tata ibadah dan bukan aset gereja. "Belakangan, aset malah dimiliki GPIB walaupun tidak bisa menunjukkan surat kepemilikan," katanya.

PUTI NOVIYANDA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gosip Gereja Hilang, Sekolah Santa Laurensia Terima Siswa Baru

8 Maret 2018

Ilustrasi anak bersekolah. shutterstock.com
Gosip Gereja Hilang, Sekolah Santa Laurensia Terima Siswa Baru

Lima bulan pembangunan sekolah Santa Laurensia terkatung-katung akibat kabar bohong tentang proyek gereja. Siswa akan ditampung di gedung lain.


Isu Gereja Tak Terbukti, Proyek Sekolah Santa Laurensia Berlanjut

7 Maret 2018

Lokasi proyek Sekolah Umum Santa Laurensia di kompleks perumahan Suvarna Padi, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Isu Gereja Tak Terbukti, Proyek Sekolah Santa Laurensia Berlanjut

Setelah terhenti dilanda isu proyek gereja terbesar di Asia, pembangunan Sekolah Santa Laurensia di Suvarna Padi, Alam Sutera, Tangerang, dilanjutkan.


Resmikan Gereja HKBP Cilincing, Sandi Menikmati Tari Tortor

11 November 2017

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menari Tor-tor bersama jemaat Gereja HKBP Cilincing, Jakarta Utara. 11 November 2017. TEMPO/Chitra Paramaesti
Resmikan Gereja HKBP Cilincing, Sandi Menikmati Tari Tortor

Saat dijemput jemaat HKBP Cilincing, Jakarta, Sandi ikut menikmati tarian Tortor di gereja tersebut.


Warga Tuding Gereja Scientology Keruk Dana Jemaah

24 Oktober 2017

Cathriona dikabarkan mengikuti kelas di Scientology Celebrity Center ini. Jim Carrey diketahui tidak menyukai dan sering mengolok-olok Scientology dalam leluconnya. REUTERS
Warga Tuding Gereja Scientology Keruk Dana Jemaah

Gereja Scientology mengatakan selalu membantu warga sekitar yang membutuhkan bantuan.


Kepala Proyek Santa Laurensia Jamin Tak Bangun Gereja Terbesar

20 Oktober 2017

Ilustrasi gereja di Eropa. Maxpixel.com
Kepala Proyek Santa Laurensia Jamin Tak Bangun Gereja Terbesar

Kepala Proyek Sekolah Santa Laurensia Suvarna Padi di Alam Sutera, Pilonedi Sioan Angen menjamin tidak ada pembangunan gereja terbesar di Asia Tenggar


Isu Gereja Terbesar, Ini yang Dilakukan Sekolah Santa Laurensia

20 Oktober 2017

Ilustrasi gereja di Eropa. Maxpixel.com
Isu Gereja Terbesar, Ini yang Dilakukan Sekolah Santa Laurensia

Sekolah Santa Laurensia mengapresiasi keputusan bersama yang meminta menyetop sementara proyek sekolah di Suvarna Padi, Alam Sutera.


Isu Gereja Terbesar, Bupati Tangerang: Pemkab Tak Keluarkan Izin

19 Oktober 2017

Ilustrasi gereja di Eropa. Maxpixel.com
Isu Gereja Terbesar, Bupati Tangerang: Pemkab Tak Keluarkan Izin

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memastikan izin yang dikeluarkan untuk pembangunan di Alam Sutera adalah untuk sekolah, bukan gereja.


Pembangunan Gereja Terbesar di Asia, Bupati Tangerang: Hoax

19 Oktober 2017

Bupati Tanggerang Ahmed Zaki Iskandar memenuhi panggilan Polda Metro Jaya untuk membahas kampung Dadap, Jakarta, Rabu, 11 Mei 2016. (TEMPO/ MAWARDAH)
Pembangunan Gereja Terbesar di Asia, Bupati Tangerang: Hoax

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memastikan kabar pembangunan gereja terbesar di Asia Tenggara di Alam Sutera adalah hoax.


Rahmat Effendi: Walau Ditembak, Izin Santa Clara Tak Saya Cabut

3 April 2017

Rahmat Effendi: Ada yang Mau Melihat Bekasi Jadi Kota Intoleran. TEMPO/Ryan Maulana
Rahmat Effendi: Walau Ditembak, Izin Santa Clara Tak Saya Cabut

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, walaupun ditembak, ia tak akan mencabut izin pembangunan Gereja Santa Clara karena izin itu adalah produk negara.


Wali Kota Gelar 'Sidang Terbuka' Proses Izin Gereja Santa Clara  

30 Maret 2017

Aparat kepolisian terlibat bentrok dengan ratusan ormas Islam, di depan Gereja Katolik Santa Clara, Bekasi, Jawa Barat, 24 Maret 2017. Aksi bentrokan tersebut membuat sejumlah aparat kepolisian dan pemuda Ormas Islam terluka. AP Photo
Wali Kota Gelar 'Sidang Terbuka' Proses Izin Gereja Santa Clara  

Wali Kota Bekasi mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam proses perizinan pembangunan Gereja Santa Clara di Bekasi Utara.