TEMPO Interaktif, Pekanbaru - Kebakaran lahan dan hutan disejumlah wilayah Sumatera, membuat suhu udara mendekati ekstrim. Sepekan terakhir, tercatat 313 titik api dengan 121 lokasi di antaranya berada di Riau, membuat kenaikan suhu udara rata rata mencapai 35,4 derajat Celsius.
Kondisi ini diperparah dengan adanya perbedaan tekanan dan gangguan udara di belahan Bumi bagian utara, hingga membuat udara di hampir seluruh Sumatera menjadi panas.
“Kendati saat ini musim hujan, adanya lokasi terbakar membuat sudah udara Sumatera mendekati titik ekstrim. Kondisi ini diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Diharapkan semua pihk mewaspadai,” kata staf Analis BMKG Pekanbaru, Ardhi, Selasa (12/10) di Pekanbaru.
BMKG juga mencatat, kawasan yang terbakar terbanyak di lokasi lahan dan hutan gambut. Kendati musim hujan, namun adanya gangguan tekanan udara di bagian utara membuat kondisi potensi lahan terbakar menjadi ekstrim.
“Apakah dibakar atau terbakar, yang jelas lahan terbakar terluas dan terbanyak itu di lahan gambut. Cakupan keluasannya belum terdata, “ kata Ardhi kepada Tempo. ”Diprediksi situasi kenaikan suhu udara di Pulau Sumatera ini akan meningkat dalam beberapa hari ke depan.”
Di Riau sendiri, bedasarkan data satelit NOAA 18, pada 10 Oktober 2010, BMKG mencatat terdapat 313 titik api tersebar di wilayah Sumatera Bagian Utara, Jambi, Palembang, dan Riau. Satelit NOAA 18, mencatat Riau menempati urutan terbanyak atas jumlah kawasan terbakar, dengan 121 titik. Penyebarannya mencakup, Kabupaten Bengkalis 23 titik, Rokan Hilir 22, Rokan Hulu 10, Dumai 4, Siak 13, Pelalawan 17 dan Kampar dengan 6 titik kebakaran.
Sementara itu, Forum Masyarakat Gambut Riau (MGR) menyebut, terbakarnya lahan gambut di Riau, dari tahun ke tahun lebih pada ulah manusia. Faktor pembukaan lahan HTI dan perkebunan kelapa sawit dipastikan menjadi penyebab utama meluasnya kebakaran lahan dan hutan di Riau.
“Riau akan terus menerus kebagian lahan terbakar. Ini seiring dengan pembukaan kawasan perkebunan, baik hutan tanaman industri, mapun perkebunan, “ ujar Ketua MGR, Jhony Setiawan Mundung. ”Pangkal masalahnya juga ada pada lemahnya penegakan hukum atas perusakan hutan dan pembakaran lahan di Riau.”
Jupernalis Samosir