TEMPO Interaktif, Surabaya - Menolak dikenakan droup out (DO), sekitar seratus mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya yang mengatasnamakan Forum Advokasi Mahasiswa berunjuk rasa di depan kantor Rektor Kampus C Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis (14/10).
Gundul, orator pengunjuk rasa mengatakan ancaman DO adalah pengebirian hak mahasiswa mendapat pendidikan. DO, lanjut dia, adalah kesalahan sistem pendidikan. Adapun di Unair, pada tahun ini ada kurang lebih 300 mahasiswa yang terancam DO.
Ia mengatakan hak mahasiswa adalah belajar tanpa disangkutpautkan dengan lamanya pendidikan. "Dengan melakukan DO, mereka telah melakukan komersialisasi pendidikan," ujar dia.
Orator lainnya, Roni, mengatakan meski Unair adalah kampus negeri, namun biaya masuk pendidikan sangat mahal. "Sudah masuk bayarnya mahal, kami dikorbankan," ujar dia.
Ia mengatakan kebijakan DO di Unair tidak adil. "Ada mahasiswa kaya yang nilainya lebih rendah dari kami tapi justru tidak terkena DO," tambah dia.
Dalam unjuk rasa tersebut mahasiswa membawa berbagai poster, di antaranya "SPP mahal, SP3 mahal, Ikoma mahal ujung-ujungnya DO", "IPK kecil kesalahan kurikulum Unair", "Kembalikan hak pendidikan mahasiswa" dan "Evaluasi sistem Unair, penjajahan gaya baru. Kembalikan hak pendidikan".
Setelah unjuk rasa berlangsung satu jam, mahasiswa kemudian membubarkan diri. Sebelum bubar, pengunjuk rasa yang kesal karena tidak ditemui pihak Rektorat mengancam akan menggugat Unair ke Pengadilan Tata Usaha Negara karena melakukan DO terhadap mahasiswa.
Direktur Akademik Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih, mengatakan tak hanya mahasiswa, dosen pun dievaluasi prestasi akademiknya. Menurut dia, mekanisme DO bagi mahasiswa sudah diatur dan tidak mungkin dihapus.
DO ini, lanjut dia, untuk menyeleksi mahasiswa. "Sumber daya dan kualitas mahasiswa akan terjaga," ujar dia.
Seleksi dan penilaian mahasiswa, kata dia, tidak hanya dilakukan saat mendaftar di Unair namun dilakukan secara berkelanjutan. "Jadi tidak mungkin DO dihapus," ujar dia. Tahun ini ada 152 mahasiswa yang final di-DO.
DINI MAWUNTYAS