Saban tahun Syasa mengirim gaplek ke Negeri Panda sebanyak 240 ribu ton. Perusahaan itu membeli singkong dari petani Rp 700 per kilogram dan dijual dalam bentuk gaplek U$ 320 per kilogram. “Omzet penjualan gaplek Rp 124 miliar per tahun,” kata Direktur Utama Syasa, Nurazman Sidik, usai melepas ekspor perdana gaplek ke Cina, Selasa (19/10).
Permintaan gaplek atau singkong kering dari sejumlah negara di Asia dan Eropa terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyumas sendiri mampu mengekspor gaplek sebanyak 20 ribu ton setiap bulan. “Padahal kebutuhan gaplek dari berbagai negara mencapai 60 ribu ton per bulan,” ujar dia.
Tahun ini, kata dia, Banyumas hanya mampu mengekspor gaplek 2.000 ton per bulan. Namun tahun depan ekspor gaplek dinaikan menjadi 3.600 ton per bulan. Untuk itu, ia meminta pemerintah Banyumas mampu menyediakan lahan untuk ditanami singkong karena prospek ekspor gaplek cukup tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan pemerintah daerah Banyumas akan menyiapkan lahan seluas 100 hektare untuk ditanami singkong. “Untuk tahap awal, kami sediakan 40 hektare dulu,” kata Husein.
Banyumas merupakan sentra hasil bumi seperti singkong, kunyit, jahe, jagung, dan lainnya. Omzet tahunan untuk ekspor hasil bumi mencapai Rp 20 miliar. Husein menambahkan, Banyumas salah satu daerah tujuan investasi menarik. Di Jawa Tengah, kata dia, Banyumas menjadi daerah proinvestasi nomor dua terbaik setelah Purbalingga.
Menurut Mose Rachmut, Board Of Director Jiangsu Gadot Noubei Biochemicals Co Ltd, pihaknya mengaku senang dengan penandatanganan kontrak selama lima tahun untuk ekspor gaplek. “Kami juga akan menandatangani MoU dengan pemerintah Banyumas untuk mendirikan pabrik asam sitrat di Banyumas,” katanya.
Melalui proses sedemikian rupa, gaplek dapat menghasilkan asam sitrat, yang juga salah satu bahan pembuat minuman berkarbonasi. Menurut Mose, gaplek Banyumas berkualitas yang cukup baik dibandingkan dengan gaplek dari daerah lain. Selain berwarna putih, kadar air gaplek Banyumas juga tidak terlalu tinggi.
Perusahaannya, kata Mose, setiap tahun membutuhkan pasokan gaplek sebanyak 600 ribu ton. Tak hanya di Cina, perusahaannya juga tersebar di beberapa kawasan termasuk di Amerika Serikat, Belanda, dan India.
ARIS ANDRIANTO