BPS mengungkapkan, sepanjang Oktober ini tingkat inflasi terbilang rendah, sebesar 0,06 persen. Meski demikian, secara kumulatif (Januari-Oktober), inflasi nasional tercatat 5,35 persen, sedikit lebih tinggi daripada target pemerintah 5,3 persen.
Namun bencana yang melanda tiga daerah--banjir di Wasior, Papua Barat, erupsi Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat--tak menyumbang tekanan terhadap inflasi.
Deputi Direktur Statistik Produksi BPS Subagio Dwijosumono menambahkan, BPS memang tak melakukan penelitian mengenai dampak bencana di ketiga daerah itu terhadap inflasi. Sebab, ketiga wilayah itu tak termasuk 66 kota yang disurvei BPS. Ketiganya tak disurvei karena bukan wilayah yang menjadi kantong produksi nasional.
Rusman mengatakan inflasi bisa saja terjadi di ketiga wilayah yang terkena bencana. Kenaikan harga bukan disebabkan oleh permasalahan pasokan dan distribusi, melainkan akibat lumpuhnya aktivitas ekonomi di daerah-daerah tersebut. "Itu juga bersifat lokal," katanya.
Abu dan debu letusan Gunung Merapi yang menyebar ke kawasan Sleman, Yogyakarta, serta Klaten dan Magelang, Jawa Tengah, dan sekitarnya tak terlalu mempengaruhi laju distribusi barang di Pulau Jawa. Kecuali ada jalan utama yang putus sehingga menghambat distribusi barulah akan secara signifikan menekan inflasi.
Data inflasi Oktober di empat kota sekitar wilayah bencana meyakinkan tak adanya pengaruh inflasi tersebut. Inflasi di empat kota itu rendah. Keempat kota itu adalah Padang, Sumatera Barat, dengan tingkat inflasi 0,06 persen, Yogyakarta 0,28 persen, serta Manokwari dan Sorong bahkan mengalami deflasi, masing-masing 0,85 persen dan 0,05 persen.
ANTON WILLIAM