TEMPO Interaktif, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan rencana pembangunan pusat Cordoba yang diprakasai oleh pendiri dari American Society for Muslim Advancement Imam Feisal Abdul Rauf merupakan pusat untuk masyarakat islam dan non islam belajar dan hidup bersama dalam harmoni untuk menghadapi berbagai persoalan.
“Padangan saya segaris dengan pandangan Imam Feisal, tadi menandai blue print cordoba movement ide ini harus kita jalankan bukan hanya center of cordoba movement tapi juga bangsa seluruh dunia,” kata Presiden dalam penutupan Presidential lecture oleh Imam Feisal Abdul Rauf dengan judul ”Promoting moderate islam and striving for harmony among civilization int he 21st century” di Istana Negara, Jakarta, Jumat (5/11).
Baca Juga:
Menurut Presiden, kuncinya belajar hidup berdampingan dan bisa hidup secara damai dengan toleransi, dan kerukunan. Indonesia akan berusaha keras menjaga harmoni, meskipun dihadapi tantangan dan permasalahan lokal.
Kerukunan dan persaudaraan tidak dianggap enteng. Karena masih ada permasalahan yang meniscayakan pemerintah. Pemimpin agama untuk bekerja keras menjaga kerukunan. “Dengan Cordoba Movement kita sebarkan ke seluruh dunia hidup rukun penuh toleransi, damai dalam kemajemukan,” ujar presiden.
Presiden menyatakan, Islam harus berkontribusi dalam upaya mencari penyelesaian global. Islam tidak boleh putus hubungan dengan permaasalah global yang sedang mengalami masalah krisis, perdamaian, perubahan iklim, kesejahteraan, dan keadilan.
Dalam ceramahnya, Imam Feisal menyatakan, pembangunan pusat Cordoba yang jaraknya hanya 11 blok dari ground zero itu kini tak lagi mendapatkan penentangan. Sebaliknya sudah banyak pihak yang mendukung pembangunan pusat Islam itu.Menurut Imam Feisal, perdamaian adalah bagian lain dari perang. Perdamaian perlu diperjuangkan dengan mempertahankan dan memperoleh perdamaian, serta mencegah konflik. Seperti yang dilakukan pastur John yang ingin membakar kitab suci Al Quran ketika rencana pembangunan dilakukan.
EKO ARI WIBOWO