"Ada 400 pusaka yang dipamerkan," kata Ketua Keluarga Pecinta Pusaka Sumenenep R. Abdurrahman, Jumat siang (12/11).
Menurut Abdurrahman, ratusan benda pusaka yang dipamerkan, sebagian pernah dipakai para raja Keraton Sumenep dan para hulubalangnya. "Sebagian pusaka tidak hanya sebagai senjata perang, tapi juga menjadi jimat yang punya nilai magik," ujarnya.
Benda pusaka tersebut dikumpulkan dari beberapa kolektor yang tergabung dalam Keluarga Pecinta Pusaka Sumenep. Benda pusaka tersebut beberapa kali pernah diikutkan dalam berbagai pameran, mulai dari Sumenep hingga jakarta.
Pameran di Sumenep ini diikuti oleh 30 kolektor. "Sudah ada yang ditawar Rp 250 juta sampai Rp 500 juta oleh kolektor," ungkap pria yang akrab disapa Gus Mang itu.
Harga jual tergantung nilai klasiknya. Semakin klasik pusaka, maka nilai dan harganya semakin mahal. Menurut Gus Mang, pusaka keraton Sumenep berasal dari berbagai zaman. Ada yang disebut jenis "Tangguh" atau benda pusaka dinilai dari zaman pembuatannya.
Jenis lainnya disebut "Dapur" atau potongan benda, termasuk besi apa yang digunakan. Sementara untuk keris, nilainya dilihat berdasarkan pamor atau hiasan ukiran pada keris. "Setiap keris atau tombak ada klasifikasinya. Setiap klasifikasi ada keunggulannya masing-masing," ucap Gus Mang.
Gus Mang menambahkan selain asli dari Keraton Sumenep atau disebut "Trah", sebagian keris juga dari zaman kerajaan Pasundan dan juga dari zaman "Tangguh Kamardikan" atau setelah zaman kemerdekaan.
Salah seorang pengunjung pameran, Andani, menuturkan meski tidak faham dunia pusaka, dia berharap benda pusaka tetap terjaga, terutama dari perdagangan illegal, agar peninggalan sejarah tetap lestari. MUSTHOFA BISRI.