Hal itu dikemukakan Kepala Badan Ketahanan Pangan NTT Niko Nuhan di Kupang, Selasa (16/11). Gagal tanam dan panen itu, menurut dia, juga karena terjadinya kekeringan, serangan hama penyakit serta banjir. Masalah itu yang sering dihadapi petani dalam mengembangkan usaha pertanian mereka. "Gagal tanam tanam dan panen menyebabkan produksi pertanian di NTT menurun," katanya.
Dia mengatakan, luas lahan yang mengalami kerusakan di 1.481 desa dibagi atas empat bagian yakni lahan padi, jagung, kacang-kacangan dan ubi mencapai 94,395 hektare (ha).
Dari jumlah desa itu, lanjutnya, sebanyak 400 desa beresiko terjadi rawan pangan ringan yang melanda 74.774 kepala keluarga. Wilayah dengan resiko rawan pangan sedang terjadi di 335 desa yang melanda 64.658 keluarga. Sedangkan rawan pangan dengan resiko tinggi bakal melanda 746 desa dengan jumlah keluarga sebanyak 189.058 kepala keluarga.
Dia menambahkan, pemerintah telah mengambil langkah intervensi dengan memberikan bantuan beras dari dana cadangan APBD NTT dan cadangan pangan pemerintah di tiap kabupaten sebanyak 100 ton.
Tidak hanya itu, lanjutnya, pemerintah juga telah mengajukan permohonan beras bantuan kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat sebanyak 2.859 ton. "Usulan tersebut telah direspon Menkokesra dengan memberikan bantuan beras rawan sebanyak 2.859 ton," katanya.
YOHANES SEO