Ramainya penjualan premium eceran ini terjadi sejak tiga hari terakhir. Para pemilik kendaraan mulai gigit jari setelah sebagian besar SPBU tak lagi menyediakan premium. “Pasokan kami memang berkurang banyak,” kata Joko, petugas SPBU di Jalan Joyoboyo, Kediri, Rabu (17/11).
Jika sebelumnya pasokan premium di SPBU itu sebesar 32 ribu liter, saat ini tinggal 24 ribu liter saja. Bahkan di beberapa SPBU hanya menyisakan jatah 16 ribu liter premium. Akibatnya tidak sedikit SPBU yang terpaksa menutup usaha mereka karena tidak memiliki stok sama sekali.
Ironisnya, di sejumlah SPBU yang masih mendapatkan pasokan terdapat antrean pengecer yang cukup banyak. Mereka beramai-ramai membeli premium dengan jirigen untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Kondisi ini tentu saja dikeluhkan para pemilik sepeda motor yang harus berebut jatah dengan mereka. “Harusnya eceran tidak usah dilayani dulu,” kata Sugianto, 43, pemilik sepeda motor saat antre di SPBU Kelurahan Muning, Kecamatan Mojoroto.
Tito, salah satu petugas SPBU di Kelurahan Muning mengaku tidak bisa menolak pembelian pedagang eceran ini. Dia hanya bisa membatasi penjualan kepada mereka terutama saat pasokan yang diterima dari Pertamina terbatas. Pengurangan ini menurut dia akibat penerapan pembatasan BBM bersubsidi yang telah dimulai sejak tanggal 15 November kemarin.
Sementara itu meski tidak mengalami kenaikan harga, yakni Rp 5.000 per liter, penjualan premium eceran mulai dikeluhkan pemilik kendaraan. Sebab ukuran yang mereka jual tak lagi satu liter penuh untuk setiap botolnya. Namun demikian keberadaan mereka masih diserbu masyarakat akibat langkanya bahan bakar ini. “Daripada tidak bisa jalan,” kata Muslim, pemilik kendaraan roda empat jenis station yang mengisi bahan bakar di pinggir jalan.
HARI TRI WASONO