Mustafa juga mengatakan dengan mengembangkan ketersediaan pangan di sektor kehutanan akan dapat mendorong diversifikasi produksi. "Ada sekitar 500 ribu ton karbohidrat dihasilkan dari tumpang sari di Perhutani dan ini potensial untuk dilipatgandakan jika tumpang sari ini
dijadikan core business Perhutani," katanya saat Executive Breakfast Meeting di Auditorium Kementerian Kehutanan, Kamis (18/11).
Dengan melakukan tumpang sari di areal hutan yang masa panennya cepat, dapat membantu meningkatkan pendapatan Perhutani dan membuka kesempatan kerja petani. "Saya menantang Perhutani dan Inhutani membuat mapping tanah yang kurang produktif dan belum optimal untuk diberdayakan dan dibuat lahan yang crop season untuk memperkuat
ketahanan pangan," ujarnya.
Kedepannya pemanfaatan lahan pun dapat dikembangkan tak hanya untuk tanaman padi, tapi juga ke tanaman lainnya
seperti jagung dan singkong yang kemudian dapat diolah menjadi terigu untuk menggantikan gandum sebagai bahan baku utama roti dan mie.
"Indeks tanaman kita pada tahun 2009 itu hanya 1,6. Artinya, satu lahan baru ditanami 1,6 kali. Hambatannya macam-macam, karena irigasi faktor topografi dan sebagainya. Kalau saja kita bisa naikkan indeks menjadi 2 maka tingkat produksi bisa naik 10 persen," katanya.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Perhutani Hariyono Kusumo mengatakan tumpang sari yang dilakukan di areal Perhutani merupakan salah satu bentuk kontribusi dalam membantu ketersediaan pangan nasional. "Hasil tumpang sari yang sudah berjalan di Perhutani dalam lima tahun terakhir rata-rata menghasilkan 500 ribu ton per tahun atau setara dengan Rp 1 triliun dari padi, jagung, kacang-kacangan," katanya dalam kesempatan yang sama.
ROSALINA