Mereka melaksanakan latihan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, selama 40 hari hingga 27 Desember mendatang. "Selama 40 hari itu mereka harus menginap di rumah warga," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Salehuddin, saat membuka acara di Pelinggihan Museum Blambangan, Kamis siang (18/11).
Menurut Salehuddin, pelatihan bagi penari Gandrung profesional itu sudah dilaksanakan sejak 2006 lalu. "Saat ini merupakan angkatan keempat," ujarnya.
Kepala Seksi Adat Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Agus Siswarso menjelaskan, 25 perempuan berusia 15-20 tahun itu dilatih menari Gandrung supaya mereka nantinya menjalani profesi sebagai penari Gandrung. Selain mencetak generasi baru, pelatihan itu bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja.
Menurut dia, materi pelatihan tidak hanya meliputi seni gerak melainkan juga seni vokal karena seorang penari Gandrung juga harus mampu melantunkan gending-gending Gandrung dalam bahasa Banyuwangi. "Mereka dilatih oleh 8 instruktur dari kalangan penari Gandrung senior," tuturnya.
Temu Misti, 56 tahun, salah satu instruktur mengatakan, saat ini generasi muda yang mau menjadi penari Gandrung profesional sangat langka. Gandrung profesional, kata dia, adalah Gandrung yang menari sesuai pakem selama semalam suntuk hingga menjelang fajar.
Menurut dia, saat ini banyak penari Gandrung yang menari tidak sampai semalaman dan terkadang diselingi mabuk-mabukan. "Malah ada yang menjual bir di panggung," ucapnya.
Gandrung merupakan kesenian khas Banyuwangi yang kemunculannya sebagai perwujudan rasa syukur masyakat setiap habis panen. IKA NINGTYAS.