TEMPO Interaktif, St. Petersburg - Bila tak segera dilindungi, harimau akan musnah pada 2022. Dalam konferensi tingkat tinggi harimau di St. Petersburg, Rusia, Ahad lalu, para pakar satwa liar memperingatkan negara-negara tempat binatang itu hidup harus mengambil langkah penyelamatan untuk menghentikan perburuan dan melindungi habitatnya untuk mencegah punahnya kucing besar itu dari muka bumi.
Lembaga konservasi World Wildlife Fund (WWF) dan sejumlah pakar menyatakan jumlah harimau yang tersisa di alam hanya 3.200 ekor, merosot tajam dari 100 ribu ekor pada satu abad lalu. Habitat mereka rusak digempur akibat penebangan hutan dan pembangunan permukiman. Harimau juga menjadi sasaran tembak para pemburu liar yang mengincar kulit dan bagian tubuh binatang itu yang dianggap berkhasiat sebagai obat dalam pengobatan tradisional Cina.
Dalam konferensi di St. Petersburg, James Leape, Direktur Jenderal WWF, menyatakan, bila langkah-langkah perlindungan tersebut tak segera diterapkan, harimau akan musnah pada 2022, tahun macan dalam sistem penanggalan Cina.
Konferensi yang diikuti 13 negara yang masih memiliki populasi harimau liar itu menyepakati program melipatgandakan populasi harimau dunia pada 2022. Pada saat ini, populasi harimau liar masih bertahan di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam, dan Rusia.
Program pemulihan harimau dunia memperkirakan 13 negara tersebut membutuhkan kucuran dana sekitar US$ 350 juta untuk menjalankan lima tahun pertama dari proyek 12 tahun itu. Konferensi yang berlangsung empat hari hingga Rabu mendatang itu juga akan mencari bantuan dari berbagai pihak untuk menyetorkan dana bagi pemerintah 13 negara dalam membiayai penegakan hukum dan restorasi habitat.
"Bagi banyak orang, harimau adalah salah satu keajaiban dunia," kata Leape. "Harimau adalah inspirasi dan simbol bagi upaya konservasi hutan dan padang rumput yang jauh lebih luas."
Robert Zoellick, Presiden Bank Dunia, sebagai salah satu penyelenggara pertemuan tingkat tinggi tersebut, menyatakan konferensi itu adalah peluang terakhir bagi harimau. "Harimau di ambang kemusnahan," ujarnya. Zoellick adalah penggagas Global Tiger Initiative, proyek penyelamatan harimau yang diluncurkan pada 2008.
Bersama Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Bank Dunia menggelar konferensi yang mengumpulkan seluruh negara pemilik harimau tersebut. Zoellick menyatakan perusakan habitat memang memainkan peran besar dalam kepunahan binatang itu, namun pembantaian ilegal yang tak terbendung akan menimbulkan efek yang sangat merusak. "Kami ingin melihat para pemburu yang berada di balik jeruji," ujarnya, "Bukan harimau."
Program pemulihan harimau dunia ini bertujuan melindungi habitat harimau dan menghapus perburuan, penyelundupan, serta perdagangan ilegal harimau dan bagian-bagian tubuhnya. Kegiatan tersebut juga akan menciptakan insentif bagi komunitas lokal untuk melibatkan mereka dalam upaya perlindungan harimau.
AP | TJANDRA