“Bila bangkai-bangkai ini tak segera diatasi, akan menimbulkan penyakit kolera bagi pengungsi yang masih sering pulang ke rumah,” kata Ketua Radio antar Komintas Indonesia, Suprapto, kepada Tempo, Senin (22/11). Sejak seminggu terakhir, Suprapto dan komunitasnya melakukan pembakaran bangkai ternak sapi. .
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi..
Menurut Suprapto, bangkai-bangkai ternak itu menimbulkan bau busuk, juga mendatangkan ribuan lalat hijau dan belatung. Bau busuk itu, kata Suprapto tercium hingga radius 100 meter. Dia minta pemerintah segera melakukan pembakaran bangkai ternak dengan intensif.
Dikatakannya, sejak seminggu terakhir, pihaknya telah membakar bangkai ternak sapi sebanyak 500 ekor di sepanjang Desa Argomulyo hingga Kepuh harjo. Diperkirakan, di Desa Kinahrejo, dan sepanjang Kali Gendol masih banyak ribuan bangkai ternak yang tertimbun. “Bangkai ternak itu harus segera dibakar,” katanya. Bangkai ternak ini dibakar dengan oli bekas dan ban bekas.
Tim Identifikasi Ternak Korban Merapi, dan penggiat Posko Medik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, bersama Dinas Pertanian Provinsi DIY pagi tadi membakar 10 sapi di Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.
Menurut Koordinator Tim Identifikasi Ternak Korban Merapi, Ida Tjahajati, mengakui, bangkai ternak berbahaya bagi kesehatan manusia. Pasalnya dari bangkai itu mengandung bakteri dan kuman berbahaya. “Apalagi jika sumur warga tercemar dengan bangkai ternak, berbahaya untuk kesehatan,” katanya.
Untuk itu, kata Ida, pemusnahan bangkai ternak mutlak harus segera dilakukan untuk membasmi wabah penyakit dari bangkai-bangkai ternak. Caranya, bisa membakar bangkai, atau menyemprotkan probiotik. “Karena probiotik mempercepat proses pembusukan,” katanya.
BERNADA RURIT