TEMPO Interaktif, Jakarta -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak organisasi wanita terlibat dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui gerakan yang dijalankan. Kemiskinan di wilayah pesisir di komunitas nelayan tergolong masih tinggi. Presiden mengungkapkan kehidupan nelayan tradisional sering tidak pasti. "Saya lahir dan dibesarkan di perkampungan nelayan di pacitan, tahu persis kalau musim buruk utk beli satu piring nasi tiwul apalagi beras tidak mudah," kata Presiden. Di banyak tempat, masyarakat pesisir diancam tsunami seperti terjadi beberapa saat lalu.
Dia berharap sejumlah organisasi ini turut dalam pelatihan maupun mengucurkan kredit usaha rakyat. "Ajak berdayakan dan perankan kaum perempuan di wilayah pesisir, jangan hanya dibantu saja, tapi juga diberdayakan," kata Presiden. Dengan itu, kata Presiden, mereka sendiri akhirnya bisa meningkatkan taraf hidupnya. Selain itu, tantangan untuk menyukseskan gerakan Keluarga Berencana di komunitas masyarakat pesisir besar tinggi. "Mari kita sentuh dengan baik untuk mereka semua, untuk kesejhateraan mereka dan taraf hidup mereka," ujar Presiden.
Dalam pertemuan negara-negara G20 beberapa waktu lalu, kata Yudhoyono, Indonesia ikut berperan menggagas isu pembangunan ditengah negara maju. Negara maju biasanya bukan tidak suka, lebih dekat dengan masalah pertumbuhan, investasi perdagangan dan architecture financial. "Saya sampaikan ekonomi dunia boleh tumbuh tapi jangan lupa pertumbuhan dinikmati oleh yang miskin, oleh negara berkembang," katanya.
Ada kesenjangan antara negara maju, berkembang dan miskin sehingga perlu kerjasama internasional. Perlu financial inclusion salah satunya dengan memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman bagi usaha kecil. "Sejak 2007, Indonesia sudah ada program KUR," katanya.
Tahun ini jumlah penduduk miskin di Indonesia turun 13,33 persen dibandingkan tahun lalu. Adapun pendapatan per kapita naik US$ 1.100 pada 2004, menjadi US$ 2.963 tahun ini.
EKO ARI WIBOWO