“Berdasarkan analisis kami, sampah yang terangkut ke TPA hanya sekitar 5,67 persen dari total sampah yang dihasilkan yang mencapai 2.4 juta ton per hari,” kata Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal Abdulah Sungkar, Selasa (23/11).
Menurut Abdullah, sampah tersebut dihasilkan dari sisa pembuangan 47 ribu kepala keluarga dan sejumlah fasilitas publik yang ada di Kota Tegal. Ironisnya, dari jumlah tersebut hanya sekitar 140 ribu ton saja yang mampu diangkut ke TPA dalam waktu dua kali per hari.
“Ini sangat mengancam, karena banyaknya sampah hanya diangkut oleh 10 unit truk,” ujar Abdullah menambahkan.
Abdullah Sungkar juga mengkritisi keberadaan TPAdi Keluarahan Muarareja yang dinilai sudah tak layak untuk mengelola sampah karena posisinya berada di kawasan dataran rendah sehingga mudah mencemari lingkungan sekitar. “Buktinya areal tambak di sekitar tercemar akibat resapan air yang dihasilkan dari TPA,” katanya.
Ia berharap agar pemerintah Kota Tegal segera menangani persoalan ini hal ini untuk menghindari penumpukan sampah di sejumlah titik yang dinilai sangat mengganggu pemandangan kota dan rawan menimbulkan penyakit.
Wali Kota Tegal Ikmal Jaya, saat dimintai konfirmasi terkait dengan kondisi ini mengaku telah merencanakan program pengelolaan sampah hingga tahun 2011 mendatang. “Saya upayakan bikin TPA terpadu melibatkan daerah lain yakni Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang,” ujar Ikmal Jaya.
Menurut Ikmal, program ini telah dibantu oleh pemerintah pusat dengan sistem pengelolaan sampah lintas daerah. Langkah ini sengaja dilakukan karena lahan di Kota Tegal semakin sempit. “Pemkot tak punya lahan lagi, bahkan TPA sekarang sifatnya sewa,” katanya.
EDI FAISOL