Dua penyebab gagalnya demokrasi, itu, kata dia, pertama adalah money politik yang membabi buta. "Demokrasi adalah upaya untuk menyalurkan pandangan rakyat, kalau semuanya bisa dibeli dengan uang, landasan dasar demokrasi akan mati," katanya.
Penyebab kedua, kata dia, adalah birokrasi yang selalu dipengaruhi faktor politik, di mana demokrasi selalu disetir oleh penguasa politik, dan demokrasi yang didekte oleh kepentingan pemodal. “Padahal, demokrasi harusnya melayani semuanya, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan semata,” ujarnya.
Meski mengaku bukan politisi, Boediono mengaku sejak dirinya menjabat Wakil Presiden dirinya mulai belajar tentang politik. "Saya bukan politikus, tapi saya harus tau politik minimal pandangan-pandangan politik," kata mantan Gubernur Bank Indonensia ini.
Dalam sambutannya di hadapan peserta Konggres PA GMNI ini, Boedionno bercerita, republik ini dulunya didirikan atas dasar kesepakatan berbagai elemen bangsa dengan satu landasan adanya kesamaan nasib, yaitu sama-sama jajahan. Karennya, untuk membangung republik, rasa primordialisme harus dihilangkan. Permusuhan di antara elemen bangsa juga harus dihapus.
"Bung Karno pernah berkata, nasionalisme Indonesia akan subur di taman sari internasional, jadi kalau pengen besar, medan pertempuran kita adalah di luar. Bukan di dalam negeri," kata Boediono.
Selain dihadiri Wapres Boedino, pembukaan Konggres PA GMNI ini juga sejumlah tokoh alumni GMNI seperti Gubernur Jatim Soekarwo, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Gubernur Kaltim Awang Faroek, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, serta Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih. Selain itu juga hadir Siswono Yudohusodo, TB Silalahi, serta Eros Jarot.
FATKHURROHMAN TAUFIQ