Menurut Koordinator Ketua JICA Mr Shiba Shosuku, Kabupaten Jember adalah salah satu bagian wilayah Indonesia bagian barat yang rentan terhadap banjir bandang.
Pemasangan alat itu diharapkan bisa mencegah terjadinya kembali musibah banjir bandang di Kabupaten Jember seperti yang terjadi pada tahun 2006 di Kecamatan Panti. Kemudian di Kecamatan Silo pada tahun 2008 dan sejumlah kecamatan lain pada tahun 2009 lalu. "Dengan EWS ini bertujuan untuk memberikan peringatan agar penerima informasi dapat segera siap siaga dan bertindak sesuai dengan kondisi, situasi dan waktu yang tepat," katanya.
Sekretaris Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Pemerintah Kabupaten Jember Edy Budi Susilo menambahkan, pemasangan alat itu dilakukan karena hasil kajian tim JICA, kawasan perkebunan Kalijompo sangat rawan terjadi banjir bandang. "Ada sejumlah retakan, dan potensi longsor serta banjir di kawasan itu yang bisa menghantam wilayah kota Jember lewat aliran beberapa sungai di bawahnya," katanya.
Curah hujan yang cenderung meninggi di Kabupaten Jember dalam sepekan terakhir diyakini berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor. Hasil kajian tim, kata dia, ada 17 kecamatan di Jember yang tergolong rawan terjadi banjir bandang dan longsor.
Karenanya, selain alat EWS itu, lanjut dia, sebanyak 28 alat penakar hujan telah dipasang di beberapa lokasi di kawasan hulu seperti di daerah Kecamatan Panti, dan Arjasa yang menjadi hulu sungai Kalijompo, Kalipait, dan Sungai Bedadung.
Baca Juga:
Selain Kecamatan Sukorambi, kecamatan lain di Kabupaten Jember yang berpotensi terjadi banjir dan tanah longsor antara lain, Tanggul, Panti, Sukorambi, Arjasa, Jelbuk, Mumbulsari, Jenggawah, Tempurejo, Kencong dan Silo.
Mahbub Djunaidy