TEMPO Interaktif, MALANG - Organisasi pelindung satwa ProFauna Indonesia menemukan 80 ekor Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) yang masih menghuni kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, tepatnya di dalam hutan Cangar yang masuk dalam wilayah Kota Batu.
“Hutan Cangar masih menjadi habitat utama bagi Lutung Jawa. Penemuan ini kami dapatkan setelah melakukan penelitian sejak Juli hingga November,” kata Pendiri ProFauna Rosek Nursahid, Jumat (26/11).
Menurut Rosek, penelitian dilakukan bersama Balai Taman Hutan Raya Raden Soejo. Penelitian mencakup jalur ke Gunung Anjasmoro, Coban Watuondo, Coban Teyeng, Kebun Brawijaya, dan hutan-hutan yang ada di sekitar obyek wisata air panas Cangar.
Lutung Jawa yang dikenal sebagai satwa dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Satwa tersebut tidak boleh diburu dan diperjualbelikan.
Lutung Jawa terbagi dalam 11 kelompok. Paling banyak ditemukan di sekitar Coban Watuondo dan Coban Teyeng. Sedangkan di jalur ke Gunung Anjasmoro tidak ditemukan lutung jawa seekor pun.
Rosek menjelaskan, hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan tahun 2000 mencatat jumlah Lutung Jawa hanya sekitar 50 - 60 ekor yang terbagi dalam delapan kelompok.
Meski peningkatannya hanya sekitar 20 ekor,kata Rosek, bisa dikatakan cukup bagus. Ini karena di hutan daerah Singosari, Tretes, dan Lawang yang juga masih masuk Kawasan Tahura Raden Soerjo, populasi lutung jawa cenderung menurun dari tahun ke tahun. "Di hutan lain sudah sulit menemui Lutung Jawa," tuturnya.
Dalam perspektif lingkungan, hasil penelitian itu menggembirakan. Rosek menjelaskan, keberadaan Lutung Jawa di hutan Cangar menjadi indikator bahwa hutan hujan tropis di Cangar masih bagus.
“Lutung Jawa sangat menyukai hutan heterogen yang masih bagus. Keberadaan mereka di Cangar harus dilindungi dan dilestariakn agar bisa menjadi obyek menarik untuk wisata alam, khususnya bagi wisatawan asing,” papar Rosek.
Dari hasil penelitian juga diketahui pohon kukrup (Engelhardia spicata) mendominasi habitat Lutung Jawa, antara 60 sampai 70 persen dari seluruh jenis pohon di hutan Cangar.
Adapun pohon lainnya, antara lain anggrung (Trema excels), gondang (Ficus variegata), elo (Ficus racemosa), cemara (Casuarina junghuniana), saren (Toenasureni), pasang (Quercus lintaca), dan kemelandingan gunung (Mycura javabica).
Tahura Raden Soerjo seluas 27.868,30 hektare berada di ketinggian antara 1.000 sampai 3.339 meter. Taman ini menyimpan keanekaragam hayati yang tinggi. Selain itu, Tahura Raden Soerjo berfungsi vital dalam menjaga fungsi hidrologis penopang kehidupan masyarakat di Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu), Mojokerto, Pasuruan, dan Jombang karena di Tahura Raden Soerjo terdapat sekitar 163 mata air.
Tahura Raden Soerja merupakan gabungan kawasan hutan lindung seluas 22.908 hektare dan cagar alam Arjuno Lalijiwo seluas 4.960 hektare. Kawasan Hutan Arjuno Lalijiwo ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya Soerjo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan pada 19 September 1992. Sedangkan pembangunannya dimulai pada 20 Juni 1992 dan diresmikan pada 19 Desember 1992.
Kawasan Tahura Raden Soerjo berada dalam lima daerah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Malang, dan Kota Batu. Berdasarkan Undang-Undang Konservasi, keberadaan Tahura Raden Soerjo ditujukan untuk pelestarian alam yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, pariwisata, hingga rekreasi.
Satwa lain yang menghuni Tahura Raden Soerjo, antara lain rusa (Cerous timorensis), kijang (Muntiacus muncak), babi hutan (Sus srofa), dan sedikitnya 80 jenis burung seperti tekukur dan kerenda, termasuk elang jawa (Spizaetus bartelsi). ABDI PURMONO | BIBIN BINTARIADI.