TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengingatkan banyak tantangan dalam mengawal reformasi yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun di Indonesia.
"Kita sepakat untuk mengawal demokrasi agar tidak berhenti ditengah jalan, tidak belok arah dari yang kita cita-citakan sejak awal,"kata Boediono dalam pidato memperingati Hari Ulang Tahun ke-11 The Habibie Center dan Penganugerahan Habibie Award 2010, di Hotel Sahid,Jakarta, Selasa (30/11).
Menurut Boediono, sama seperti di negara lain, upaya untuk mengawal reformasi dan demokrasi di Indonesia bukanlah pekerjaan mudah dan penuh dengan resiko. Negara harus melakukan konsolidasi secara menyeluruh dan bersama-sama agar tidak ada pihak yang kecewa karena reformasi yang berjalan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Salah satu cara yang paling tepat agar tetap dijalurnya, demokrasi tersebut harus menunjukkan manfaat nyata dalam prakteknya terutama bagi masyarakat. Keadaan ini bisa tercipta jika dikawal oleh pemerintahan yang efektif. "Harus dikawal peningkatan manfaatnya, agar bisa tercipta rasa keadilan, kesejahteraan, kebebasan,"kata dia.
The Habibie Center, kata dia, merupakan salah satu organisasi independen yang sejak awal berdirinya ditahun 1999 ikut mengawal perjalanan demokrasi di Indonesia. Apalagi organisasi ini didirikan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie yang menjabat sebagai presiden RI pada masa reformasi 1998.
Tahun ini, The Habibie Center memberikan empat penghargaan kepada Dr. Eng Eniya Listiani Dewi, Prof. Dr. Adrian Benhard Lapian, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, dan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno.
MUNAWWAROH