TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengaku bangga ikut menjadi bagian sejarah membuka pintu gerbang reformasi tanah air pada 1998. Termasuk salah satunya pernah diminbta menjadi salah satu menteri di kabiner Reformasi Pembangunan bentukan Presiden BJ Habibie.
" Saya mendapatkan kehormatan menjadi bagian dari itu. Saya bangga menjadi bagian sejarah membuka pintu gerbang reformasi tanah air," kata Boediono saat memperingati Ulang Tahun ke 11 The Habibie Center dan Penganugerahan Habibie Award 2010 di Hotel Sahid Jakarta, Selasa 30 November 2010.
Saat itu, Boediono menjadi Menteri Bappenas. The Habibie Center sendiri, adalah salah satu organisasi independen yang sejak awal berdirinya ditahun 1999 ikut mengawal perjalanan demokrasi di Indonesia. Apalagi organisasi ini didirikan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie yang menjabat sebagai presiden RI pada masa reformasi 1998.
Meski begitu, Boediono berharap, proses reformasi yang sudah berjalan 10 tahun ini di Indonesia bisa terus berjalan. Ia mengingatkan, banyak tantangan dalam mengawal reformasi yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun di Indonesia. "Kami sepakat untuk mengawal demokrasi agar tidak berhenti ditengah jalan, tidak belok arah dari yang kita cita-citakan sejak awal," kata Boediono.
Boediono mengingatkan, seperti negara lain, upaya untuk mengawal reformasi dan demokrasi di Indonesia bukanlah pekerjaan mudah dan penuh dengan resiko. Negara harus melakukan konsolidasi secara menyeluruh dan bersama-sama agar tidak ada pihak yang kecewa karena reformasi yang berjalan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Salah satu cara yang paling tepat agar tetap dijalurnya, demokrasi tersebut harus menunjukkan manfaat nyata dalam prakteknya terutama bagi masyarakat. Keadaan ini bisa tercipta jika dikawal oleh pemerintahan yang efektif. "Harus dikawal peningkatan manfaatnya, agar bisa tercipta rasa keadilan, kesejahteraan, kebebasan,"kata dia.
MUNAWWAROH