“Dari lima kategori, hanya dua yang memenuhi syarat,” kata anggota Dewan Pengawas Yayasan Sumber Daya Manusia-Ilmu Pengetahuan dan Teknologi The Habibie Center, Zuhal A.Q., dalam keterangan pers di The Habibie Center, Jakarta.
Kedua Ilmuwan yang berhak mendapat US$ 25 ribu tersebut adalah Eniya Listiani Dewi, peneliti di Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Adrian Bernard Lapian, sejarawan maritim.
Baca Juga:
Eniya memperoleh penghargaan dalam kategori ilmu rekayasa, sedangkan Adrian pada kategori ilmu hukum, sosial, dan budaya. Kategori yang tak ada pemenangnya adalah ilmu dasar, kedokteran, bioteknologi, serta sosial-ekonomi. “Dari 36 nominasi, hanya dua yang memenuhi syarat,” ujarnya.
Syarat penerima Habibie Award adalah punya karya yang inovatif dan bermanfaat, berkemampuan untuk disebarluaskan atau dikembangkan, mendapat pengakuan secara nasional maupun internasional, serta konsisten terhadap bidangnya.
The Habibie Center, kata Zuhal, juga memberikan penghargaan khusus kepada Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Ma'arif dan rohaniwan Franz Magnis-Suseno.
“Dua tokoh ini punya kontribusi luar biasa menciptakan harmoni di kehidupan beragama,” kata Zuhal.
Ia mengatakan penghargaan khusus ini tidak secara rutin diberikan, tapi muncul untuk keadaan khusus seperti tahun ini.
Penganugerahan Habibie Award akan digelar hari ini di Jakarta, dihadiri langsung oleh pendirinya, mantan wakil presiden Baharuddin Jusuf Habibie.
Eniya mengatakan peneliti di Indonesia harus proaktif untuk mendapatkan dana penelitian. “Dana penelitian di Indonesia itu banyak, tapi kami tak boleh menunggu,” ujarnya.
Eni, yang menamatkan kuliah sarjana strata satu hingga strata tiga di Jepang, menyatakan, di Indonesia, peneliti perlu rajin mengajukan proposal penelitian agar mendapat perhatian, baik dari instansi swasta maupun pemerintah.
Adapun Adrian mengatakan, meski baru pertama mendapat penghargaan, ia sudah merasa dihargai di Indonesia. Bekas ahli peneliti utama di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini mengatakan, mendapat kesempatan berbicara di depan umum, baik di tingkat nasional maupun internasional, sudah cukup baginya. “Saya menganggap undangan di seminar-seminar itu juga sebagai penghargaan,” ujar pria berusia 71 tahun ini.
l DIANING SARI