Bunuh diri di lokasi keramaian seperti mal adalah salah satu tren bunuh diri yang beberapa tahun terakhir ini terjadi di kota-kota besar. "Saat ini dikota besar muncul kecenderungan tidak hanya melakukan bunuh diri di tempat sepi atau tertutup misalnya dengan gantung diri atau minum racun di rumah atau menabrakkan diri ke kereta api, tapi mencari lokasi keramaian," ujar Sarlito.
Selain oleh faktor mencari perhatian, faktor lain adalah kemudahan. Melocat dari ketinggian bangunan mal tampaknya juga dianggap lebih praktis dibanding dengan cara lain seperti gantung diri atau minum racun yang harus menyiapkan tali atau racunnya. "Belum lagi adanya kemungkinan upaya itu gagal," ujar Sarlito.
Kemarin dua kasus bunuh diri dengan melocat di dua mal berbeda terjadi di Jakarta. Yang satu pertama dilakukan oleh Suhun Sjahril, 60, warga Tambora. Ia nekat mengakhiri hidup dengan meloncat dari lantai 7 Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat sekitar pukul 15.00. Selang dua jam, Jukri Salim, 50, penduduk Tanah Sereal RT 8 RW 6, Tambora, Jakarta Barat meloncat dari lantai 5 Mal Ciputra, Jakarta Barat.
Jukri tewas dengan meninggalkan seorang istri yang baru dinikahinya 10 bulan lalu. Istri Jukri tengah mengandung anak pertamanya. "Usia kandungan sekitar 5 bulan," ujar Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Tanjung Duren, Inspektur Satu Johari Bule.
Menurut Sarlito saat ini Indonesia memiliki kencenderungan bunuh diri cukup tinggi. Setidaknya sejumlah faktor utama yang mendorong orang melakukan bunuh diri yaitu stress berat dan malu yang berujung putus asa. Terutama penduduk perkotaan memiliki tingkat tekanan stress yang lebih tinggi karena tekanan hidup dan persaingan yang juga tinggi. Apalagi lingkungan sosial perkotaan yang memiliki tingkat individualitas tinggi menyebabkan orang merasa kurang mendapat perhatian dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. "Saat mereka merasa bahwa stress yang mereka hadapi tidak menemukan jalan keluar, biasanya akan memilih cara bunuh diri," kata Sarlito.
Faktor malu juga menjadi salah satu faktor utama perbuatan bunuh diri di Indonesia. "Psikologi masyarakat kita lebih takut terhadap malu dari pada salah. Merasa boleh berbuat salah asal tidak malu tapi jangan sampai malu meski berbuat salah." Rasa malu seringkali dijadikan alasan orang Indonesia melakukan bunuh diri.
Untuk menyelidiki apa motif di balik perbuatan bunuh diri, menurut Sarlito, tidak akan jauh dari kedua faktor itu. "Cari persoalan apa yang dihadapi oleh pelaku yang berpotensi membuat dia stress berat atau sangat malu sehingga memilih bunuh diri."
AGUNG SEDAYU