TEMPO Interaktif, Jakarta -Kawasan Menteng yang terkenal dengan lokasi hunia elite ternyata menyimpan sisi suram, di kawasan itu sejak 2000 hingga 2010 tercatat sekitar 200 orang meninggal akibat HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. "Jumlah terbesar di kelurahan Pegangsaan, Menteng," kata Bambang Sutrisno, Ketua Komunitas Sehat dan Korban Peduli Napsa Proklamasi, Rabu (1/12). Di kelurahan tempat berdirinya Tugu Proklamasi itu tercatat 98 orang meninggal, atau sekitar 10 orang meninggal tiap tahunnya.
Rata-rata korban itu masih berusia produktif, 15-29 tahun. "Saat ini korban yang masih membutuhkan rehabilitasi sekitar 30 orang," kata Ketua Komunitas Hijau Proklamasi, Andri.
Karena itu warga Pegangsaan yang tergabung dalam Komunitas Proklamasi berkerjasama dengan Indonesian Scholars and Leaders Council (ISLC) mengadakan acara Bulan Kepedulian Korban Napza dan HIV/AIDS untuk memperingati Hari HIV/AIDS pada 1 Desember ini. Acara berlangsung sederhana namun cukup meriah diikuti oleh para warga sekitar di depan bangunan posko warga yang berada di pinggiran rel kereta api Pegangsaan.
"Acara kami isi dengan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai HIV/AIDS, serta memberikan ruang kepada korban HIV/AIDS untuk terus berkreasi agar tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat," ujar Presiden ISLC, Ince Dian Aprilyani Azir. Selain itu juga akan dilakukan road show penyuluhan ke komunitas di sekitar Tugu Proklamasi serta bedah tempat kegiatan pemberdayaan dan pendampingan korban Napza/HIVAIDS di daerah itu.
Rencananya acara akan berlangsung hingga 18 Desember nanti dengan memberikan penghargaan Apresiasi ISLC-Proklamasi Award kepada anggota masyarakat yang berperan korban Napza/HIVAIDS, launching vidio klip kelompok musik proklamasi, launching film dokumenter mengenai korban-korban NAPZA, launching buku yang dibuat oleh korban-korban NAPZA dengan judul “mereka bicara tentang mereka” serta deklarasi Gerakan Pemuda Peduli HIV/AIDS.
AGUNG SEDAYU